REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gerobak Sapi merupakan transportasi tradisional yang sudah mulai ditinggalkan. Terlebih, tidak banyak orang yang tahu gerobak sapi pernah jadi sarana transportasi yang digunakan masyarakat, bahkan menjadi kendaraan utama.
Hal inilah yang dilihat Pangrekso Andini Karya, paguyuban gerobak sapi di Sleman, yang berniat mengenalkan kembali transportasi gerobak sapi. Paguyuban ini sudah kesembilan kalinya mengadakan lomba dan festival Gerobak Sapi Merdeka.
Kali ini, Festival Gerobak Sapi tidak cuma diselenggarakan dalam rangka menyambut HUT RI ke-72. Namun, kegiatan digelar sekaligus merayakan hari jadi paguyuban Pangrekso Andini Karya dan Dies Natalis Fakultas Kedokteran Hewan UGM ke-71.
"Tahun ini yang ketempatan Pemerintah Desa Sariharjo Ngaglik, dan kebetulan bersamaan dengan Dies Natalis Fakultas Kedokteran Hewan UGM yang ke-71," kata Tri Hariyono, Ketua Pangrekso Andini Karya di Lapangan Ngetiran, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Ahad (20/8).
Festival Gerobak sapi diikuti 150 peserta dari berbagai paguyuban, terbagi menjadi dua yaitu pawai gerobak sapi dan lomba-lomba. Pawai Gerobak Sapi bersifat gratis bagi para penggemar gerobak sapi yang ada di Sleman, Bantul, Klaten dan sekitarnya.
Melewati rute sejauh tujuh kilometer, gerobak-gerobak sapi yang dimodifikasi hiasan hasil pertanian terbaiklah yang mendapatkan nilai tertinggi. Berbagai hadiah disediakan seperti satu ekor kambing, pakan sapi, paket vitamu sapi dan lain-lain.
Didik, perwakilan Bajingan (pengendara gerobak sapi) dari Sleman Barat Manunggal Sari Seyegan menuturkan, alasannya berpartisipasi untuk mendapatkan ilmu seperti memilih bibit sapi unggul. Membawa dua sapi, ia pun mengaku mendapatkan kesenangan pribadi.
"Saya hadiah nomor belakang yang penting senang dulu aja," ujar Didik.
Selain pawai gerobak sapi, diadakan pula lomba sapi dengan beberapa kategori seperti sapi bakalan jantan, sapi bakalan betina dan sapi penggemukan. Lomba ini dinilai langsung dokter-dokter hewan dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM.