REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemajuan teknologi dengan didukung semakin pesatnya aplikasi-aplikasi terbaru, membuat masyarakat Indonesia khususnya generasi muda, menggantungkan hidup mereka pada gadget. Generasi muda, seperti gerakan mahasiswa, sudah jarang sekali terlihat.
Universitas Nasional (Unas) sebagai salah satu kampus swasta tertua di Indonesia, mengunjungi Kantor Harian Republika karena melihat media berbasis Islam tersebut, merupakan media ideal yang mampu menggerakkan kembali gerakan-gerakan mahasiswa.
Salah satu dosen Unas, TB Massa Djafar pun membandingkan antara Harian Republika dengan media lain. Dia menyebut, media lain cenderung berjalan apa adanya dan tidak memberi penjelasan pada nilai-nilai yang ideal. "Saya justru melihat nilai ideal itu di Republika," ujar dia, Rabu (23/8) sore.
Dikatakan Djafar, setiap seminar yang sering diadakannya, Unas selalu tidak membuang kesempatan untuk mengundang Republika. Ia memberikan salah satu contoh, ketika Unas pernah mengadakan seminar tentang pemimpin-pemimpin daerah. UNAS mengajak mahasiswa untuk melihat calon mana saja yang mempunyai track record dan reputasi.
Kemudian seminar lainnya, yang juga termasuk seminar internasional. Ia mengusulkan pada Republika, agar Republika tetap mengangkat isu-isu populer. Namun, tetap kembali pada hal-hal yang fundamental, lalu kemudian dikaji secara mendalam agar UNAS bisa ikut berkontribusi.
Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang dosen pascasarjana Unas, Firdaus Syam. Dia menggambarkan, Unas saat ini memang memiliki idealisme yang luar biasa, seperti bagaimana membangun kampus dengan kekuatannya sendiri.
"Tetapi alhamdulillah sudah ada perkembangan signifikan. Karena teman-teman sudah banyak dapat bantuan untuk riset. Kerja sama internasional juga berjalan dengan baik, seperti dengan Malaysia, Korea, Jepang, dan lainnya," kata Firdaus.
Pemimpin Redaksi (Pemred) Republika, Irfan Junaidi, menyambut baik kedatangan Unas serta menerima semua usulan dari para dosen yang di antaranya sudah bergelar profesor. "Kebetulan dari banyak berita yang kita muat, kebanyakan politik. Dan tiga tahun ini 2017, 2018, 2019, memang akan menjadi fokus politik," tutur dia.
Dalam kesempatan itu, Republika juga mendapatkan plakat dari Unas serta dua buku karangan Alfan Alfian yang juga merupakan salah seorang pengamat politik yang sempat menulis untuk Republika. Republika juga memberikan sebuah buku karangan salah seorang Redaktur berjudul 'Napak Tilas Jalan Daendels' yang akan diterjemahkan dalam bahasa asing.