Selasa 29 Aug 2017 22:18 WIB

Menko Polhukam Minta PPATK Telusuri Aliran Dana First Travel

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto (kanan).
Foto: ROL/Abdul Kodir
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) diminta untuk menelusuri seluruh aliran dana First Travel, agar hasilnya dapat ditindaklanjuti untuk mengganti kerugian ribuan calon jamaah umrah pengguna jasa agen perjalanan tersebut.

"PPATK tadi saya minta meneliti transaksi keuangan First Travel, supaya kita tahu aliran dana yang keluar masuk dari perusahaan itu. Ini juga agar kita bisa melihat aset-aset mana yang masih ada," kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto, Jakarta, Selasa (29/8).

Wiranto menegaskan bahwa pemerintah tidak akan "tutup mata" terkait kerugian masyarakat yang ditimbulkan dari perkara itu. Namun, ia belum bersedia merinci tindakan yang akan diambil pemerintah untuk mengatasi masalah dana tersebut.

"Kami mencoba mengamankan konsumen atau publik dari perilaku perusahaan yang nyata-nyata merugikan kepentingan masyarakat. Pemerintah tidak akan menutup mata masalah ini," ujarnya.

Sementara itu, Kepala PPATK Kiagus Ahmad Badaruddin yang ditemui di lokasi yang sama dengan Menko Polhukam, menjelaskan bahwa pemerintah masih mengkaji kebijakan untuk mengatasi kasus dugaan penyelewengan dana oleh biro perjalanan umrah PT First Anugerah Karya Wisata atau First Travel itu.

"Pembahasan tadi salah satunya adalah bagaimana mengembalikan dana jamaah. Ini masih dicari upaya menyelesaikan masalah itu," jelas Badaruddin.

Menko Polhukam Wiranto sebelumnya mengadakan rapat koordinasi terbatas yang membahas kasus First Travel dan digelar di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Kiagus Ahmad Badaruddin, Wakabareskrim Polri Inspektur Jenderal Polisi Antam Novambar, serta perwakilan dari Kementerian Agama.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement