REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Sepanjang jalan utama di depan kamp pengungsi Kutupalong, ratusan orang Rohingya berkumpul dalam kelompok kecil di bawah langit terbuka. Sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Orang-orang ini melintasi perbatasan dalam kegelapan, berjalan jauh atau membawa becak otomatis jika mereka mampu membelinya untuk menuju kamp pengungsian. Seperti dilansir BBC, pengungsi Rohingya tahu jika mereka tertangkap saat melintas di perbatasan Bangladesh, mereka akan dikirim kembali ke Myanmar. Tapi meski terus dihalau oleh penjaga perbatasan Bangladesh, mereka terus mencoba lagi.
Pengungsi Rohingya mengatakan, tidak ada yang tersisa untuk mereka di rumah. Banyak dari mereka telah kehilangan anggota keluarganya.
Banyak orang Rohingya yang melintasi perbatasan sudah memiliki sanak saudara di kamp-kamp pengungsian tersebut. Dengan bantuan saudara mereka, para pengungsi baru dimungkinkan mendapat tempat berlindung.
Anak-anak Rohingya di kamp pengungsian mengalami lelah luar biasa akibat perjalanan panjang. Mereka terlihat bingung mengapa mereka harus datang ke sini dan tiba-tiba tinggal di bawah langit terbuka. Sangat sulit untuk tidak merasa emosional.