REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Lebih dari satu juta orang berkumpul di Chechnya, Rusia, pada Senin (4/9) waktu setempat untuk memprotes penganiayaan dan kekerasan yang dilakukan pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohingya.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Rusia, pengunjuk rasa di Grozny, Ibu Kota Chechnya, membawa rambu dan spanduk yang menuntut diakhirinya pembunuhan orang-orang tak berdosa di negara bagian Rakhine, Myanmar. Akhir bulan lalu pasukan keamanan Myanmar melancarkan tindakan keras yang dilakukan terhadap Muslim Rohingya yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Hentikan Genosida di Myanmar", "Hentikan Genosida Muslim Rohingya", dan "Hentikan Pembunuhan Muslim Myanmar," tulis beberapa spanduk yang dibawa pengunjuk rasa.
Dilansir dari Anadolu, Selasa (5/9), aksi unjuk rasa ini diakhiri dengan doa bersama di masjid pusat Grozny, yang juga dikenal sebagai Hati Chechnya. Sejak dimulainya tindakan militer terhadap komunitas Rohingya di negara bagian Rakhine pada 25 Agustus, ribuan Muslim Rohingya telah melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh. Menurut PBB, sebanyak 87 ribu pengungsi Rohingya tiba di Bangladesh dalam 10 hari terakhir.
Laporan media mengatakan bahwa pasukan keamanan Myanmar telah menggunakan kekuatan yang tidak proporsional, menggusur ribuan warga desa Rohingya dan menghancurkan rumah mereka dengan mortir dan senapan mesin.
Sebuah tindakan keras yang terjadi Oktober tahun lalu di Maungdaw, PBB menemukan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap kemanusiaan oleh aparat keamanan. PBB mendokumentasikan pemerkosaan massal, pembunuhan - termasuk bayi dan anak kecil - pemukulan brutal, dan penghilangan paksa. Perwakilan Rohingya mengatakan sekitar 400 orang dibunuh selama tindakan keras tersebut.