REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Populasi penduduk Indonesia yang mayoritas Muslim dinilai menjadi kekuatan tersendiri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi syariah di Tanah Air. Rektor Universitas Sebelas Maret Ravik Karsidi mengatakan upaya pemerintah untuk mendorong tumbuh kembang ekonomi syariah tidak dapat terwujud apabila masyarakat, khususnya Muslim, tak merespons produk-produk ekonomi syariah.
“Peran pemerintah dalam mengembangkan ekonomi syariah sangat penting, tapi yang lebih penting lagi respons masyarakatnya menyambut bisnis syariah,” kata Ravik saat memberikan sambutan dalam pembukaan Forum Riset Ekonomi Keuangan Syariah (FREKS) XVI di Auditorium Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Selasa (12/9).
Ravik menilai di antara kendala perkembangan ekonomi syariah di Indonesia adalah persepsi masyarakat terhadap perbankan syariah. Menurut dia, masyarakat masih ragu untuk memulai bisnis dengan kerja sama melalui perbankan syariah. Perbankan syariah dipersepsikan lebih mahal dibandingkan perbankan nasional.
Lebih dari itu, masyarakat juga masih banyak yang belum mengetahui perbedaan antara perbankan syariah dan perbankan konvensional. “Ini menjadi refleksi bagi kita yang harus dijawab,” ujar Ravik.
Di sisi lain, Ravik berharap perbankan syariah mulai bekerja sama dengan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) untuk menggerakkan ekonomi syariah. Dengan begitu, kata dia, selain kegiatan penguatan rohani umat, masjid didorong untuk bisa menjadi solusi terhadap ekonomi jamaahnya.
Dia juga berharap perbankan syariah menggaet seluruh komunitas-komunitas yang bergerak di sektor ekonomi syariah. “Saya kira masjid ini memang harus dikembangkan, perbankan syariah harus bisa jemput bola untuk mengembangkan masjid ini,” kata dia.