REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Seksi Sejarah dan Permuseuman Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Rus Suharto mengatakan perlunya mengangkat nasyid dan seni-seni religi lain di masyarakat bawah. Apalagi seni ini mengandung unsur positif seperti ketauladanan, kebaikan, dan kebenaran.
Hal itu diungkapkan Rus usai gelaran Lomba Kesenian Nuansa Religi di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin (9/10). "Karena kan nuansa religi tidak ada yang sifatnya urakan. Semua syair-syairnya berisi ajakan untuk berbuat baik, berbuat benar, ini memang merakyat. Bahkan di Jakarta menjadi suatu budaya, walaupun asalnya kan ada yang dari Timur Tengah, ada yang modern, tetapi sudah mentradisi di masyarakat lapisan bawah," kata dia.
Rus menambahkan ada banyak seni religi yang bisa diangkat dan masih hidup di masyarakat lapisan menengah ke bawah. Di antaranya kosidahan, marawis, hadroh, gambus, bahkan kaligrafi, yang juga masih masuk ke dalam seni berbau religi.
Hadroh, misalnya, masih banyak diadakan oleh remaja masjid dan mushola-mushola. Komunitas RT dan RW juga banyak yang belajar hadroh. Sama halnya seni rebana, yang masih hidup di kalangan ibu-ibu atau remaja-remaja putri yang menyukai kosidah dan marawis.
"Ada juga gambus, gambus ini agak kelas menengah, karena peralatannya mahal, lengkap kan itu ada beberapa jenis yang perlu dikerjakan oleh segmen menengah," ujar Rus lagi.
Menurut Rus, seni religi memiliki banyak dampak positif. Selain mengajak kepada kebenaran, seni ini juga bisa menghilangkan kesenjangan sosial dan mengurangi konflik antarwarga. Hal itulah yang mendasari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI rutin mengadakan perlombaan seni religi, seperti nasyid ini.
Rus mengakui tahun ini, dari lima seni religi, hanya marawis dan gambus yang tidak dilombakan. Alasannya, kata dia, karena kedua seni itu memerlukan peralatan yang harganya cukup mahal. Sementara dana APBD tidak mencukupi, mengingat acara perlombaan budaya tersebut di anggarkan melalui APBD.
"Ini dilaksanakan sudah tahun kelima. Sebelumnya sudah ada, kadang-kadang karena prioritas anggaran, jadi sempat hilang dua tahun," ujar dia.