REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pemerintah Provinsi Bali merevisi data pengungsi Gunung Agung. Pemerintah daerah Kabupaten Karangasem sebelumnya memperkirakan jumlah total pengungsi dari 28 desa yang masuk zona merah adalah 70 ribu jiwa.
"Data terbaru pengungsi dari 202 dusun di 28 desa adalah 54.788 kepala keluarga (KK) atau 185.865 jiwa," kata Gubernur Bali, Made Mangku Pastika di Denpasar, Selasa (10/10).
Ini lah yang membuat jumlah pengungsi versi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) nyaris mendekati 150 ribu jiwa. Pastika mengatakan angka tersebut bahkan masih kurang, sebab sisa 30 ribu jiwa mengungsi ke rumah sanak saudara di berbagai daerah.
Pastika mengatakan fungsi kartu pengungsi yang akan disebar pekan ini salah satunya mendata seluruh pengungsi. Kartu tersebut mencantumkan detail jumlah pengungsi, mulai dari dewasa, anak, balita, hingga bayi di bawah lima tahun, sehingga kebutuhan logistik pengungsi bisa didistribusikan tepat.
"Kartu ini juga bisa digunakan sebagai kartu berobat di rumah sakit pemerintah, termasuk bagi mereka yang tidak punya kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)," ujar Pastika.
Kartu data pengungsi akan disebar dan diisi oleh kepala desa adat dan desa dinas. Prosesnya diharapkan selesai pekan ini.
Pemerintah tetap menyiapkan contingency plan jika situasi terburuk, yaitu erupsi Gunung Agung terjadi. Kesiapan itu dari hal transportasi, telekomunikasi, kelistrikan, antisipasi, dan koordinasi.
Kepala Bidang Mitigasi PVMBG, I Gede Suantika mengatakan status Gunung Agung sampai saat ini tetap awas. Aktivitas di bawah permukaan kawah masih bergejolak dengan intensitas tinggi.
"Gempa vulkaniknya masih di level atas dan gempa tektoniknya masih tetap ada. Tapi, ada yang berbeda dari dua pekan sebelumnya di mana gempa tidak terasa sejak empat hari lalu," katanya.
Gunung Agung, kata Suantika akhir pekan kemarin sempat mengeluarkan asap hingga 1.500 meter. Ketinggian kepulan asap sebelumnya rata-rata hanya 50 meter. Ini disebabkan curah hujan yang semakin tinggi selama empat hari terakhir, sehingga ada tambahan air masuk ke dalam kawah yang dikeluarkan kembali dalam bentuk uap air.
"Jadi, belum ada kandungan gas-gas vulkanik Gunung Agung yang keluar," kata Suantika.
Komandan Satuan Tugas Siaga Gunung Agung, Letnan Kolonel Fierman Sjahrial mengatakan pihaknya juga menyiapkan langkah-langkah penanganan siaga darurat Gunung Agung. Langkah-langkah yang diambil adalah mengevakuasi masyarakat yang berada di radius kawasan rawan bencana (KRB), dan mendirikan pos-pos pengamanan supaya masyarakat tidak mendekati wilayah rawan.
Satuan Tugas Siaga Gunung Agung terdiri dari TNI, Polri, Aparatur Sipil Negara (ASN), dan masyarakat. Fierman mengatakan mereka menggandeng masyarakat lokal untuk mengedukasi pengungsi.
"Tujuannya supaya pengungsi bisa berpikir itu demi keselamatan mereka," katanya.