REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Politikus dari Korea Utara dan Selatan tak akan mengadakan pembicaraan langsung di Rusia pada Senin mengenai program nuklir dan rudal Pyongyang meskipun keduanya menghadiri acara yang sama.
Valentina Matviyenko, juru bicara majelis tinggi parlemen Senat, akan membahas masalah ini dalam pembicaraan terpisah dengan seorang wakil kepala badan legislatif Korea Utara dan kepala parlemen Korea Selatan di sela-sela kongres anggota parlemen di St Petersburg pada Senin.
Kantor berita Rusia mengatakan, Ahad (15/10), Moskow akan meminta kedua negara menggunakan kesempatan tersebut untuk melakukan pembicaraan langsung guna mencoba mempersempit perbedaan mereka. Namun Piotr Tolstoi, wakil ketua majelis rendah Rusia, dan seorang anggota delegasi Korea Utara mengatakan tidak akan ada pembicaraan langsung.
Delegasi Korea Utara mengatakan tekanan AS pada Pyongyang dan latihan militer Korea Selatan dengan AS merupakan prasyarat bahwa perundingan tersebut belum bisa dilakukan.
Uji coba nuklir Korea Utara dan peluncuran rudal telah menimbulkan ketegangan global dan mendorong beberapa putaran sanksi internasional di Dewan Keamanan PBB.
Sebuah rencana de-eskalasi, yang didukung oleh Rusia dan Cina dilakukan agar Korea Utara menunda program rudal balistiknya serta Amerika Serikat dan Korea Selatan secara bersamaan melakukan moratorium latihan rudal skala besar, keduanya bergerak untuk membuka jalan bagi perundingan multilateral.
Baca juga, Korut: Peluncuran Rudal untuk Targetkan Pangkalan Militer AS.