REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY -- Tim penyelamat di Gaza tidak dapat menjangkau lima warga Palestina yang terjebak dalam sebuah terowongan yang dihancurkan awal pekan ini oleh pasukan Israel di daerah Khan Younis.
Sebelumnya tujuh warga Palestina yang tergabung dalam brigade militer Islam Gaza dan Hamas tewas dan belasan lainnya terluka, setelah Israel meledakkan sebuah terowongan di dekat perbatasan di Jalur Gaza selatan.
Kelompok hak asasi manusia telah mengajukan petisi ke Mahkamah Agung Israel yang menuntut agar militer Israel mengizinkan tim penyelamat untuk mencari orang-orang yang hilang tersebut.
"Tim penyelamat berhasil masuk dalam jarak 300 meter dari pagar perbatasan namun tidak dapat menjangkau orang-orang yang terperangkap dan hilang, karena larangan yang diberlakukan oleh tentara Israel terhadap orang-orang Palestina mendekati lokasi yang berjarak kurang dari 300 meter dari pagar," kata Muna Haddad, seorang pengacara dengan Pusat Hukum Hak Minoritas Arab di Israel, dalam petisi tersebut dikutip dari Aljazirah, Jumat (3/11).
Zona penyangga yang diumumkan Israel berada di sisi perbatasan Gaza. Tim penyelamat tidak dapat melewati garis imajiner dan memasuki zona larangan itu karena takut mendapat serangan dari tentara Israel.
Petisi diajukan oleh Pusat Hak Asasi Manusia Al Mezan padai Kamis atas nama Hassan Abdel Jalil Sbahi, ayah dari salah satu orang yang hilang tersebut.
Kelompok tersebut menuduh Yoav Mordechai, Koordinator Kegiatan Otoritas Israel di Wilayah dan komandan militer selatan Israel, Eyal Zamir, menggunakan warga Gaza yang terjebak sebagai tawar-menawar.
Yoav Mordechai mengatakan Israel tidak akan membiarkan usaha pencarian di zona keamanan Jalur Gaza tanpa kemajuan dalam masalah tawanan perang Israel.
Israel berpendapat Hamas telah menahan jasad dua tentara Israel, Hadar Goldin dan Oron Shaul, yang tewas dalam serangan militer Israel terakhir di Jalur Gaza pada musim panas 2014.