Sabtu 04 Nov 2017 06:41 WIB

5 Kota Besar di Jalur Sutra (I)

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Agung Sasongko
Alun-Alun Registan di Samarkand.
Foto: en.wikipedia.org
Alun-Alun Registan di Samarkand.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepanjang sejarah, rute perdagangan memainkan peran sentral dalam transfer barang dan pertukaran ide antara berbagai belahan dunia. Jalan sutra yang bersejarah, merupakan jaringan rute perdagangan di darat dan laut yang terhubung tanah dari Cina di seluruh Asia ke Mediteranian.

Jalur ini menghubungkan peradaban dan orang-orang dari berbagai budaya, agama dan bahasa satu sama lain yang memungkinkan pertukaran ide hingga pengetahuan.

Sepanjang jalan sutra, banyak kota berkembang di Cina, Asia tengah, Saudi, India, Persia dan Turki modern. Perdagangan membawa kekayaan yang mendorong keunggulan dalam proses industri termasuk pencetakan, kaca dan pembuatan kertas, obat-obatan, filsafat, astronomi dan pertanian. Kota menjadi pusat yang menarik intelektual polymaths dan meninggalkan tanda yang besar dan menarik dalam sejarah.

Berikut kota- kota besar di jalur sutra:

1. Xian (Changan)

Xian adalah kota utana Cina. secara resmi dikenal sebagai Chang'an, kota ini adalah ibukota imperial kuno yang melihat misi pertama orang-orang Cina pergi ke Asia Tenggara, Asia tengah dan Mediterania, menandai dimulainya jalur sutra di bawah dinasti Han di 141-87 SM.

Dari abad ke-4 dan seterusnya, Chang'an adalah ibukota Kekaisaran Cina, dan memasuki periode terbesar pembangunan di bawah dinasti Tang (618-904) dan menjadi salah satu kota yang paling beradab di dunia.

Chang'an adalah pusat perdagangan yang meleburkan orang-orang dari berbagai latar belakang etnis dan agama. Dua landmark penting yang berdiri sebagai saksi yaitu Pasar Barat Chang'an dan Masjid Agung Chang'an.

2. Samarkand

Sebuah kota yang menakjubkan di jantung Asia Tengah. Sebuah kota penting di Jalan Sutra yang terletak strategis antara China dan Laut Tengah.

Selama berabad-abad kota itu menjadi kota perdagangan, terkenal dengan produksi kerajinan dan studi ilmiahnya. Catatan sejarah menunjukkan bahwa sejak awal Han (206 SM-220 M), pedagang Samarkand mencapai berbagai tempat sejauh China untuk menukar logam mulia, rempah-rempah dan kain.

Kemudian, pada masa Tamerlane, Samarkand tumbuh subur sebagai kota besar ketika dia menjadikannya sebagai ibu kota pada akhir abad ke-14.

Beberapa ciri penting kota terjadi pada masa dua pemimpinnya yang paling menonjol; Tamerlane dan Ulugbeg yaitu pertama, jalan raya utama dengan toko-toko untuk mendorong perdagangan dan pengembangan ekonomi. Kedua, Samarkan's Observatory. Cucu Tamerlan Ulughbeg, seorang ilmuwan hebat, mengembangkan Samarkand sebagai pusat ilmiah dan budaya. Pada 1424 ia mendirikan salah satu observatorium terbesar di peradaban Muslim.

Sebagai pusat budaya dan kesejahteraan, Samarkand mendorong dan menarik para ilmuwan terkemuka termasuk ilmuwan abad ke-15 Al-Kashi yang mengabdikan dirinya untuk astronomi dan matematika. Ia diundang oleh Ulugbeg untuk bergabung dengannya di sekolahnya belajar di Samarkand bersama dengan sekitar 60 ilmuwan lainnya seperti Qadi Zada yang juga merupakan astronom dan matematikawan handal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement