REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terabaikannya sistem irigasi pertanian, sistem sanitasi yang kurang memadai, sistem pasokan air bersih yang tidak tertangani baik, malfungsi sistem drainase, plus perubahan pengelolaan pengadaan pangan membuat kota ini perlahan rusak.
Shibam menjadi saksi identitas budaya orang-orang Wadi Hadramaut dan cara hidup tradisional mereka. Untuk mempertahankan tata kota, bangunan pencakar langit, dinding ko ta, bangunan tradisional, dan hubungan kota ini dengan wilayah sekitarnya, maka situs Kota Tua Shibam butuh perawatan berkelanjutan. Perlindungan situs Kota Tua Shibam di ja min oleh regulasi Yaman mengenai perlin dung an kota bersejarah. Rencana induk tata kota ju ga sudah dibuat.
Organisasi General Perlindungan Kota Bersejarah Yaman (Gophcy) yang didirikan pada 1990 untuk mengelola dan menjaga semua situs bersejarah di Yaman, merupakan otoritas se mua situs bersejarah di Yaman. Organisasi ini harus lebih aktif mengadvokasi situs-situs ber sejarah, seperti Kota Tua Shibam dan menye dia kan sumber daya yang memadai.
Sejak 2000, kantor cabang Gophcy di Shi bam sudah menjalankan program yang dikelola Giz Jerman untuk memperbaiki kondisi fisik, sosial, dan ekonomi Kota Shibam. Program dari Giz juga menyentuh soal peningkatan kapasitas sumber daya manusia Gophcy.
Beruntung, program ini berhasil membuat Gophcy mampu menjalankan program rehabili tasi dan mempertahankan 98 persen rumah tradisional di Shibam. Program ini juga berhasil merehabilitasi lebih dari 60 persen rumah tra disional perorangan di sana.
Meski begitu, Gopchy masih butuh dukungan, perlengkapan, dan peningkatan kapasitas agar pengelolaan kota tua yang mereka lakukan bisa berkelanjutan. Rencana pengelolaan Kota Tua Shibam yang berkelanjutan masih dipersiapkan. Rencana pengelolaan ini akan menjadi strategi yang jelas untuk merevitalisasi dan menjaga semua aset di kota kuno ini secara berkelanjutan.
Hingga saat ini, perawatan Kota Shibam masih dilakukan secara manual. Pada 2015, Unesco juga telah memasukkannya sebagai sa lah satu situs bersejarah yang penting di dunia. Sayangnya, keberadaan Shibam sempat ter an cam akibat perang sipil yang pecah di Yaman. Banyak bangunan bersejarah di dalamnya yang rusak saat terjadi konflik bersenjata di negeri itu.
Unesco bahkan menyebut konflik itu tak cuma menyusahkan manusia, tapi juga meng ancam warisan budaya di Yaman yang jadi iden titas masyarakat, sejarah, sekaligus bukti atas pencapaian gemilang peradaban Islam pa da masa lalu. Menurut Unesco, meng han curkan warisan sejarah dan budaya sama saja meng hancurkan warisan budaya seluruh ma nusia