Jumat 10 Nov 2017 16:19 WIB

Radioaktif Nuklir Cemari Langit Eropa

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Simbol Bahaya Radioaktif
Foto: dw-world
Simbol Bahaya Radioaktif

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Lembaga keselamatan nuklir Prancis IRSN mengungkapkan, pencemaran radioaktif telah terjadi di Eropa selama beberapa pekan terakhir ini. Diduga pencemaran itu berasal dari kebocoran fasilitas nuklir di Rusia atau Kazakhstan yang diperkirakan terjadi pada pekan terakhir September lalu.

Namun pencemaran ini dinyatakan tidak berbahaya, karena tidak ditemukan dampak pada kesehatan manusia atau lingkungan. Sebelumnya IRSN tidak menyangka adanya kebocoran dalam fasilitas nuklir, dan justru menyangka pencemaran ini berasal dari tempat pengolahan bahan bakar nuklir atau pusat obat radioaktif.

IRSN menyatakan pihaknya tidak dapat menentukan lokasi pelepasan bahan radioaktif tersebut. Namun berdasarkan pola cuaca, zona yang paling masuk akal ada di selatan pegunungan Ural, antara Ural dan Sungai Volga, yang berarti mungkin dari Rusia atau Kazakhstan.

"Pihak berwenang Rusia mengatakan mereka tidak mengetahui adanya kebocoran di wilayah mereka," kata direktur IRSN Jean-Marc Peres. Dia menambahkan, IRSN belum berhubungan dengan pemerintah Kazakhstan.

Seorang juru bicara Kementerian Darurat Rusia mengatakan dia tidak bisa memberikan komentar. Ia juga belum bisa menghubungi otoritas Kazakhstan atau Kedutaan Besar Kazakhstan di Moskow.

Peres menjelaskan, dalam beberapa pekan terakhir, IRSN dan beberapa lembaga keselamatan nuklir lainnya di Eropa telah mengukur tingkat rutenium 106 yang cukup tinggi. Rutenium 106 adalah nuklida radioaktif yang merupakan produk dari pemisahan atom dalam reaktor nuklir dan tidak terjadi secara alami.

IRSN memperkirakan, jumlah rutenium 106 yang dikeluarkan antara 100 hingga 300 teraBecquerels. Menurut lembaga ini, jika terjadi kecelakaan sebesar ini di Prancis, maka diperlukan evakuasi dan penampungan orang-orang dalam radius beberapa kilometer di sekitar lokasi kebocoran.

Peres mengatakan, rutenium 106 mungkin dilepaskan di tempat pengolahan bahan bakar nuklir atau pusat obat radioaktif. Karena masa hidupnya yang pendek sekitar satu tahun, rutenium 106 biasa digunakan dalam pengobatan nuklir.

Menurutnya, rutenium 106 ini bukan berasal dari jatuhnya satelit bertenaga rutenium. Data dari International Atomic Energy Agency (IAEA) menunjukkan tidak ada satelit yang mengandung rutenium telah jatuh ke bumi selama periode ini.

Pengukuran stasiun Eropa menunjukkan tingkat ruthenium 106 yang tinggi berada di atmosfer mayoritas negara Eropa, sejak awal Oktober. Penurunan yang stabil terjadi mulai 6 Oktober hingga seterusnya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement