REPUBLIKA.CO.ID, MIMIKA -- Hasil kajian yang dilakukan Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kementerian Sosial (Kemensos) menunjukkan bahwa para korban penyanderaan Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) mengalami cemas dan rasa takut berlebihan.
"Anak-anak ketakutan mendengar suara keras seperti suara teriakan dan mereka akan segera berlari" ujar Koordinator LDP Milly Mildawati di tempat pengungsian Eme Neme Yauware seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (24/11) malam.
Pengalaman yang dialami anak-anak selama penyanderaan ketakutan mendengar suara tembakan, kekurangan pasokan makan karena akses keluar masuk desa dijaga oleh kelompok kriminal bersenjata.
"Setelah dilakukan LDP, warga merasa tenang di pengungsian, setelah sebelumnya selalu merasa ketakutan dalam masa penyanderaan,” ujar Milly.
Milly menambahkan, kebutuhan makan tercukupi setelah selama hampir dua pekan kekurangan makan karena akses keluar masuk desa dijaga oleh Kelompok Bersenjata. Untuk pemenuhan kebutuhan makan, disesuaikan dengan kebiasaan makan sehari-hari di pegunungan, seperti ubi-ubian, ayam dan lalapan.
Warlex (9 tahun) merasa senang dapat mengungkapkan perasaanya"Saya sangat gembira bisa menulis apa yang saya rasakan. Saya ingin segera pulang ke rumah agar bisa main bola dengan teman-teman", ungkapnya.
Upacara bakar batu yang merupakan kearifan lokal dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dari penerimaan masyarakat Timika terhadap penyintas yang berasal dari Desa Banti dan Kimbeli.
"Kegiatan diikuti oleh semua Penyintas dan bisa mengurangi kecemasan dan ketakutan mereka, dan juga memberikan rasa tenang karena sudah secara adat diterima oleh masyarakat Timika", kata Milly.
Sedikitnya ada 1.300 orang dari dua desa, yakni Desa Kimbely dan Desa Banti, Kecamatan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, dilarang keluar dari kampung itu oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) sejak Kamis (9/11) lalu. Setelah aparat TNI dan Polri berhasil mengevakuasi warga dari Kampung Banti dan Kimbeli di Distrik Tembagapura, Kemensos segera menurunkan Tim LDP ke lokasi pengungsian untuk melakukan pendampingan kepada korban penyanderaan. Tim LDP terdiri dari tim Kemensos, Sakti Peksos Kab. Mimika, Guru, Relawan 1.000 guru untuk Papua, Pramuka, PMI, Tagana dan Relawan Pekerja Sosial.