Selasa 28 Nov 2017 15:27 WIB

BPBD Mataram: Belum Ada Pengungsi dari Bali

Wisatawan memotret Gunung Agung meletus di Pura Besakih, Karangasem, Bali, Selasa (28/11).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Wisatawan memotret Gunung Agung meletus di Pura Besakih, Karangasem, Bali, Selasa (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Bidang Darurat dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Mataram I Gede Made Yasa menyebutkan, hingga saat ini belum ada pengungsi yang datang ke Mataram akibat erupsi Gunung Agung, Bali.

"Kesiapan kami menerima pengungsi dari Bali, sudah kita sampaikan ke Pemerintah Bali, tapi jika sampai saat ini belum ada mungkin para pengungsi sudah bisa tertangani pemerintah setempat," katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa (28/11).

Namun demikian, pihaknya telah meminta peran aktif dari setiap kelurahan agar dapat segera melaporkan ketika ada pengungsi dari Bali. Tujuannya, agar pemerintah kota bisa segera mengambil langkah-langkah penangan sesuai dengan skenario yang telah disiapkan.

Ia mengatakan, ketika terjadi erupsi Gunung Agung bulan lalu, Kota Mataram telah menangani 172 jiwa atau 42 kepala keluarga (KK).

Dari jumlah itu, saat ini tersisa dua KK yang masih mengungsi di rumah keluarganya di Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan. "Beberapa hari sebelum terjadi erupsi kedua, sebenarnya mereka sudah melapor ingin kembali namun diurungkan karena status Gunung Agung kembali meningkat," katanya.

Sementara, 40 KK lainya sudah kembali ke Bali setelah status Gunung Agung dinyatakan menurun, dan proses pengembalian mereka difasilitasi oleh petugas BPBD Mataram hingga ke Pelabuhan Lembar. "Kami bahkan berkoordinasi dengan Dinas Peruhubungan Provinsi agar para pengungsi dibebaskan dari biaya penyeberangan," ujarnya.

Dalam penanganan pengungsi, menurutnya, pemerintah kota memberikan yang terbaik, sehingga Pemerintah Bali mengapresiasi dan berterimakasih kepada pemerintah kota.

Dimana untuk penanganan pengungsi, pemerintah kota sudah memiliki skenario secara berjenjang agar para pengungsi dapat ditangani dengan baik. "Baik itu untuk lokasi pengungsian, pemenuhan kebutuhan sandang, pangan maupun untuk nyekolahkan anak-anak para pengungsi," katanya.

Lebih jauh, ia mengatakan, posko penanganan pengungsi sampai saat ini masih dibuka selama 24 jam. Selain berfungsi untuk penanganan pengungsi dan bencana, posko tersebut juga menjadi pusat informasi bagi masyarakat secara umum.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement