Rabu 29 Nov 2017 16:21 WIB

Siklon Cempaka Pengaruhi Sebaran Abu Vulkanis Gunung Agung

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Bilal Ramadhan
Erupsi magmatik Gunung Agung terlihat dari Kubu, Karangasem, Bali, Selasa (28/11).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Erupsi magmatik Gunung Agung terlihat dari Kubu, Karangasem, Bali, Selasa (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Pusat Peringatan Dini Siklon Tropis (TCWC) di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi siklon tropis Cempaka yang sangat dekat dengan pesisir selatan Pulau Jawa. Ini mengakibatkan perubahan pola cuaca di sekitar lintasannya.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar, Bambang Hargiyono mengatakan arah angin di Pulau Jawa dan Bali tanpa adanya siklon tropis bergerak dari barat menuju timur. Pada saat Gunung Agung meletus, abu vulkanis seharusnya mengarah ke timur atau tenggara.

"Munculnya siklon Cempaka di selatan Jawa mengubah arah angin di atas Bali yang tadinya dari barat ke timur menjadi dari utara ke selatan. Gunung Agung berada di utara Bandara Ngurah Rai, sehingga angin akan bertiup dari utara ke selatan dan menutupi wilayah udara di atas bandara," kata Bambang dihubungi Republika.co.id, Rabu (29/11).

Bambang mengatakan komunitas bandara terus memperbaharui informasi terkini Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai setiap enam jam. Ini adalah hari ketiga bandara terbaik ketiga di dunia 2016 itu ditutup karena erupsi Gunung Agung.

Siklon tropis Cempaka diperkirakan masih bertahan dalam dua hingga tiga hari ke depan. Meski demikian, Bandara I Gusti Ngurah Rai tetap bisa beroperasi kembali selama abu vulkanis yang disemburkan Gunung Agung secara intensitas dan ketinggian menurun.

Buka tutup bandara menggunakan empat laporan dari Pusat Informasi Semburan Abu Vulkanis (VAAC) Darwin, BMKG, laporan pilot (pilot report), dan hasil identifikasi abu vulkanis di kawasan bandara melalui paper test. General Manager Air Navigasi Denpasar, Eko Setiawan mengatakan ada tiga alasan penutupan bandara yang berlaku umum di seluruh Indonesia.

Pertama, jika ada keretakan landasan karena bencana alam, seperti gempa bumi. Kedua, jika ditemukan abu vulkanik di bandara dan sekitarnya. Ketiga, jika area pendaratan pesawat tertutup berdasarkan laporan pilot.

"Arah angin sifatnya dinamis. Jika abu mengarah ke area yang diplotkan, baru kami merekomendasikan penutupan bandara," katanya.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat sejak pukul 00.00-12.00 WITA hari ini terjadi tiga kali gempa tektonik jauh berdurasi 50-70 detik, 11 kali gempa vulkanik dangkal berdurasi 10-17 detik, dan enam kali gempa vulkanik dalam berdurasi 10-20 detik. Tremor menerus (mikrotermor) terekam dengan amplitudo satu hingga dua milimeter.

Tingkat aktivitas Gunung Agung masih di level empat atau awas. Asap kawah kelabu dengan intensitas tebal dan bertekanan tinggi keluar 1.500-2.000 meter di atas puncak kawah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement