REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mantan perdana menteri Mesir Ahmed Shafik, muncul di Kairo pada Ahad (3/12) setelah dideportasi dari Uni Emirat Arab (UEA). Ia mengatakan masih mempertimbangkan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden tahun depan.
Komentar Shafik di sebuah stasiun televisi swasta Kairo terjadi sehari setelah keluarganya mengatakan Shafik dibawa dari rumah mereka di Emirates dan dideportasi kembali ke Mesir, di mana mereka mengatakan telah kehilangan kontak dengannya sampai Ahad.
"Hari ini, saya di sini di negara ini, jadi saya pikir saya bebas memikirkan masalah ini lebih lanjut, untuk mengeksplorasi dan turun berbicara dengan orang-orang di jalan," katanya.
Ia mengatakan saat ini ia memiliki kesempatan untuk menentukan apakah pencalonan dirinya merupakan pilihan yang logis.
Wawancara di Dream TV adalah penampilan publik Shafik yang pertama sejak meninggalkan UEA pada Sabtu. Keluarganya mengatakan sebelumnya mereka takut Shafik diculik. Shafik telah mencabut laporan dia telah diculik
Salah satu sumber mengatakan Shafik ditangkap oleh pihak berwenang Mesir di bandara Kairo
Shafik, yang merupakan mantan kepala angkatan udara Mesir ini telah dilihat sebagai penantang potensial terkuat bagi presiden Abdel Fattah al-Sisi yang diperkirakan akan mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua tahun depan.
Rincian tentang apa yang terjadi pada Shafik saat meninggalkan UEA pada Sabtu dan deklarasi pencalonan dirinya pada Ahad masih belum jelas. Dia membuat pengumuman mengejutkan dari UEA pekan lalu dia berencana untuk mencalonkan diri dalam pemilihan 2018.
Pengacaranya, Dina Adly, menulis di halaman Facebooknya dia masih bisa mengunjungi Shafiq di sebuah hotel di Kairo. Ia juga mengatakan Shafiq tidak dikenai penyelidikan apa pun. Namun ia tidak bisa memastikan apakah Shafiq dapat meninggalkan hotel atau negara.
"Saya bertemu dengan Shafik satu jam yang lalu di salah satu hotel di New Cairo dan mengkonfirmasi kesehatannya. Dia menegaskan bahwa kesehatannya bagus dan dia tidak dikenai penyelidikan," tulis Adly di Facebook.
Setelah empat dasawarsa di militer, Shafik memuji pengalaman militernya sebagai salah satu kekuatannya dalam pemungutan suara 2012. Namun dia melarikan diri ke UAE untuk menghindari tuduhan korupsi pada Juni 2012. Dia menolak tuduhan tersebut karena bermotif politik dan dikeluarkan dari daftar pantauan bandara tahun lalu.
Saat mengumumkan pencalona dirinya di UEA Shafiq mengklaim telah dilarang bepergian, namun keluarganya kemudian mengatakan Shafiq telah diberi jaminan sehingga dapat melakukan perjalanan.
Sisi belum mengumumkan niatnya maju dalam pemilihan tahun depan. Para pendukungnya menolak kritik atas pelanggaran hak asasi manusia. Mereka mengatakan tindakan apa pun diperlukan untuk keamanan dalam menghadapi pemberontakan Islam yang telah membunuh ratusan polisi dan tentara.