REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Presiden Prancis Emmanuel Macron mendukung pertemuan negara teluk yang diinisiasi Kuwait terkait blokade Qatar. Prancis, dia mengatakan, siap menengahi pertemuan tersebut dan mencari solusi terbaik untuk mengakhiri konflik.
"Saya ingin melihat rekonsiliasi diantara anggota negara teluk seperti yang sudah saya katakan sejak awal krisis," kata Emmanuel Macron seperti diwartakan Aljazirah, Jumat (8/12).
Qatar saat ini tengah menghadapi blokade dari Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Yaman dan Bahrain yang telah memutuskan hubungan diplomatik. Tidak hanya itu, negara-negara tersebut juga memberlakukan sanksi ekonomi serta menutup seluruh akses, yakni darat, udara, serta laut, dari dan menuju Qatar.
Hal tersebut dilakukan karena negara-negara Teluk menuding Qatar sebagai pihak yang menyokong dan mensponsori kelompok teroris. Namun tuduhan tersebut disangkal dan dibantah secara tegas oleh Qatar.
Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani mengaku siap mengadakan pembicaraan dengan negara-negara teluk lainnya untuk menyelesaikan krisis yang sedang terjadi. Kendati, dia menegaskan, kedaulatan negara bukan merupakan hal yang dapat dikompromikan.
"Kita perlu memecahkan maslaah tapi bukan karena harga diri atau kedaulatan negara kita," kata Emir Qatar.
Lebih jauh, dia mengatakan, Qatar tidak bisa menerima intervensi apapun terkait masalah dalam negara mereka. Meski demikian, dia mengatakan, warga Qatar berhak mengetahui alasan dibalik blokade dan kekejaman yang dilakukan anggota negara teluk lainnya.
"Qatar juga berkomitmen untuk memerangi terorisme," kata Emir.