Senin 25 Dec 2017 17:07 WIB

Konstelasi Politik 2017, Antara Pilkada DKI Hingga Kisruh Setya Novanto

Red: Bilal Ramadhan
Pangi Syarwi Chaniago, Pengamat Politik Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Reseach and Consulting.
Foto:
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto

Prahara Golkar

“Partai yang paling mengalami guncangan hebat di tahun 2017, sudah pasti Partai Golkar. Memang konflik PPP belum selesai, tapi penurunan yang paling hebat dialami Golkar di tahun ini,” kata Pangi.

Pangi menjelaskan kasus yang menjerat Setnov membuat citra Partai Golkar menjadi buruk. Elektabilitas Golkar pun semakin merosot setiap bulannya. Apalagi dengan dramaturgi Setnov dalam menjalani kasus KTP-el yang menjeratnya, dari sakit yang tiba-tiba timbul saat akan diperiksa KPK hingga kecelakaan di daerah Permata Hijau yang menjadi olokan publik.

Banyak video sindiran maupun meme seputar Setnov yang marak dan menjadi viral di media sosial. Memang ini hanya sebuah lelucon politik, tapi menurutnya maknanya akan sangat dalam apalagi untuk Golkar menjelang Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu 2019.

Dalam Munaslub beberapa waktu lalu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto disahkan menjadi Ketua Umum Golkar menggantikan Setnov. Ia menilai Airlangga memiliki tugas yang sangat besar untuk mengembalikan elektabilitas Partai Golkar.

Namun ia menyangsikan dengan program ‘Golkar Bersih’ yang diusung Airlangga. Karena selama ini Golkar tidak fokus dalam isu-isu pemberantasan korupsi. Makanya Golkar bermain dalam isu-isu pembangunan dan kekaryaan.

“Tentunya akan menjadi dilema buat Airlangga jika ingin menerapkan kebijakan ‘Golkar Bersih’. Akan kita lihat seperti apa kebijakan yang dilakukan Airlangga ke depan untuk mengembalikan kepercayaan publik,” jelas lulusan S2 Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) ini.

Selain itu, yang menjadi tantangan Airlangga juga bagaimana Golkar ikut fokus dalam kebijakan-kebijakan yang pro-rakyat. Ia juga tidak melihat Golkar bermain di isu ini. Golkar dianggap belum bisa menjadi penyambung lidah masyarakat.

Terakhir, Golkar juga belum terlihat berupaya untuk menggaet para pemilih dari generasi milenial. Jangan sampai suara Golkar makin tergerus karena Golkar tidak peka dalam menjaga suara dan juga menangkap suara dari para pemilih pemula.

“Karena PSI sudah mulai melakukan pendekatan terhadap para pemilih pemula. Sedangkan Perindo sangat akrab dengan kebijakan rakyat kecil, khususnya di kalangan usaha kecil menengah (UKM). Biasanya jika ada partai-partai baru, suaranya akan menggerus dari suara Partai Golkar,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement