REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah menyatakan realisasi penjualan rumah selama 2017 tidak sesuai dengan target awal karena menurunnya daya beli masyarakat.
"Penyebab penurunan daya beli masyarakat kami tidak tahu, yang pasti realisasi penjualan rumah tahun ini juga turun jika dibandingkan dengan tahun lalu," kata Ketua REI Jawa Tengah MR Prijanto di Solo, Rabu (27/12).
Ia mengatakan berdasarkan data dari REI, realisasi penjualan rumah pada tahun ini sekitar 8.500 unit untuk seluruh tipe rumah. Angka ini tidak sesuai dengan target awal yaitu 11.500 unit. "Selain itu juga turun jika dibandingkan dengan tahun lalu yang mampu terjual 10.000 unit," katanya.
Ia mengatakan dari total penjualan rumah sekitar 8.500 unit tersebut, khusus untuk rumah sederhana dari program fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) terjual sekitar 5.000 unit. "Dari total penjualan 8.500 unit ini, 30 persennya terjual di Soloraya. Khusus untuk Soloraya memang permintaannya cukup tinggi," katanya.
Mengenai penjualan di akhir tahun, dikatakannya, mengalami penurunan cukup signifikan, yang terjadi hampir di seluruh daerah termasuk Soloraya. Meski tidak menyebutkan angka penurunan, Prijanto mengatakan penurunan penjualan di akhir tahun biasa terjadi.
Sementara itu, meski tidak tahu penyebab pasti penurunan daya beli masyarakat, pihaknya memprediksi upah minimum kabupaten/kota di Jawa Tengah yang cukup rendah juga memberikan andil pada penurunan tersebut.
"Dengan UMK yang rata-rata Rp 1,4 juta, masyarakat akan tetap kesulitan mencicil rumah meski ambil yang rumah sederhana dengan cicilan sekitar Rp 800.000/bulan. Mereka cenderung memilih membelanjakan uang mereka untuk konsumsi sehari-hari," katanya.
Meski demikian, pihaknya berharap dengan adanya kenaikan UMK tiap tahun dapat meningkatkan daya beli masyarakat akan rumah. "Bagaimanapun juga rumah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Harapannya daya beli masyarakat dapat membaik," katanya.