REPUBLIKA.CO.ID, Sebagai amal usaha di bidang pendidikan, Aisyiyah memiliki Unisa Yogyakarta yang merupakan metamorfosa dari Stikes Aisyiyah Yogyakarta. Aisyiyah bertekad untuk mengembangkan sumberdaya manusia berakhlak mulia, berilmu pengetahuan, menguasai teknologi, profesional dan berjiwa entrepreneur yang menjadi kekuatan penggerak dalam menghadapi tuntutan zaman.
Sebagai universitas yang belum lama berdiri, banyak hal yang perlu diperbaikan dan disempurnakan untuk menjadi universitas yang berwawasan kesehatan dan unggul.
"Jika perlu kami harus melakukan lompatan dalam mengelola pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dan pengamalan Al Islam-Kemuhammadiyahan dengan dukungan organisasi dan SDM, sarana dan prasarana yang ada," kata Rektor Unisa Yogyakarta, Warsiti.
Unisa lanjut Warsiti, meskipun belum genap berusia dua tahun sudah berani mengajukan akreditasi dan mendapat nilai B.
"Ini merupakan prestasi yang baik bagi Unisa. Di awal Agustus 2017 Unisa masuk cluster ke-3 yakni urutan ke-244 dari 3.244 perguruan tinggi di seluruh Indonesia," terangnya. Padahal pada awal berdirinya Unisa masuk cluster ke-5 dan urutan ke-3.027 dari 3.244 perguruan tinggi.
Untuk mempercepat keunggulan Unisa, akan lebih mudah dicapai jika didahului dengan perencanaan jangka panjang yakni selama 20 tahun dan dibuat secara sistematis dan menyeluruh dalam suatu Rencana Induk Pengembangan Unisa.
Untuk mewujudkan rencana tersebut, pihak Unisa telah membagi dalam tiga tahap yakni: Tahap I( 2016-2020) Unisa Tumbuh, Tahap II (2020-2027) Unisa Berkembang dan Tahap III (2028-2035) Unisa Pilihan dan Unggul.
"Sekarang kami fokus untuk Unisa Tumbuh yakni universitas yang sedang membangun secara proporsional dalam aspek kelembagaan, SDM dan sarana prasarana dengan target kelembagaan, SDM dan sarana prasarana terpenuhi," tuturnya.
Saat ini ruangan kuliah sudah padat, sehingga diperlukan tambahan gedung dan rencananya akan dimulai tahun depan untuk pembangunannya.
Pada tahap Unisa tumbuh, tidak hanya melebar (bertambah dari segi kuantitas, melainkan juga kualitas). Sehingga kebijakan yang sedang diterapkan adalah bagaimana meningkatkan kapasitas, mengembangkan prodi baru dengan penguatan tata kelola. "Pada awal berdirinya, ada 16 prodi (program studi) dan sekarang 18 prodi," ungkap rektor.
Akselerasi SDM
Yang menjadi titik kelemahan Unisa saat ini di bidang kualitas SDM, karena itu Unisa melakukan akselerasi untuk SDM dosen harus memenuhi kualifikasi dan publikasi, serta meningkatkan kualitas dosen untuk mendapatkan jabatan fungsi akademik.
Selain itu Unisa juga fokus untuk meningkatkan prestasi mahasiswa. Bagi mahasiswa berprestasi ada dua reward selain berupa uang pembinaan, akan mendapatkan kredit poin untuk kegiatan kemahasiswaannya.
Lebih lanjut Warsiti mengatakan pada tahap Unisa tumbuh ditargetkan ada tambahan prodi sarjana profesi bidan, diploma anastesi dan magister fisioterapi. Selain itu juga pengajuan akreditasi untuk semua prodi baru seperti psikologi, administrasi publik, manajemen, komunikasi, akuntansi, science bioteknologi dan arsitektur.
Langkah Unisa lainnya adalah membangun jejaring dan sedang melakukan mapping terhadap instansi yang menggunakan jejaring. "Sekarang tidak lagi berorientasi kerja sama yang hanya pada fokus pengembangan dosen dan untuk kegiatan praktik di rumah sakit, melainkan memfokuskan ke arah pasar lulusan yang mau menerima lulusan Aisyiyah," katanya.