REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Media Sosial Nukman Luthfie mengkritik pernyataan Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Mayjen TNI Djoko Setiadi mengenai berita hoaks. Sebab, tugas BSSN tidak ada kaitannya dengan berita /hoax. "Tugas BSSN itu enggak ada urusannya sama hoaks, tapi lebih menjaga keamanan negara dari serangan siber terhadap aset-aset strategis negara," ujar Nukman Luthfie kepada Republika.co.id, Kamis (4/1).
Dalam zaman sekarang ini, Nukman mengatakan, tidak lagi perang fisik, namun perang era digital dengan melalui jaringan digital. Melumpuhkan negara bisa dengan menyusupkan malware ke infrastruktur IT negara, termasuk ke jaringan militer, PLN dan lainnya.
Tugasnya adalah melaksanakan keamanan siber secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan, mengembangkan, dan mengonsolidasikan semua unsur yang terkait dengan keamanan siber.
BSSN menyelenggarakan fungsi penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan teknis di bidang identifikasi, deteksi, proteksi, penanggulangan, pemulihan, pemantauan, evaluasi, pengendalian proteksi/e-commerce, persandian, penapisan (menyaring), diplomasi siber, sentra informasi, dukungan mitigasi, pemulihan penanggulangan, kerentanan, insiden, dan/atau serangan siber.
Selain itu, BSSN juga harus melakukan koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugasnya dan sebagai wadah bagi semua pemangku kepentingan. Terutama dengan Direktorat Siber di Bareskrim Mabes Polri, perlu koordinasi yang lebih efektif. "Tugas-tugas ini nggak ada kaitannya dengan hoaks. Media saja yang kayaknya kegenitan menanyakan hoaks ke kepala BSSN," kata Nukman.
Sebelumnya, kepala BSSN menyebutkan mengenai hoaks, menurut Nukman kepala BSSN sebaiknya berlatih bicara di ruang publik. "Terutama ketika dicegat media (doorstop) agar tetap fokus pada tugas utamanya," katanya.