REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Jawa Timur, mewaspadai ancaman banjir luapan air Bengawan Solo di hilir karena adanya peningkatan ketinggian air yang sangat cepat dalam sehari terakhir.
"Kenaikan air Bengawan Solo di hilir Jawa Timur disebabkan hujan di daerah hulu juga hujan lokal," kata Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro Andik Sudjarwo di Bojonegoro, Sabtu (6/1).
Menurut dia, ancaman banjir luapan air Bengawan Solo di daerahnya berpeluang terjadi kalau sore hari ini juga terjadi hujan di daerah hulu, termasuk lokal. Apalagi, posisi air laut sekarang ini pasang sehingga aliran air Bengawan Solo yang masuk ke laut melambat.
Sesuai dengan data di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro menyebutkan bahwa ketinggian air di taman Bengawan Solo (TBS) di Bojonegoro merangkak naik mencapai 13,65 meter (siaga kuning), Sabtu pukul 15.00 WIB.
Dalam waktu bersamaan, ketinggian air Bengawan Solo di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer ke arah hulu mencapai 27,58 meter.
Selain itu, ketinggian air di Babat, Laren, Karanggeneng, dan Kuro, semuanya di Lamongan, masuk Siaga II (hijau) dengan ketinggian masing-masing 7, 33 meter, 4,92 meter, 3,88 meter, dan 1,76 meter. "Ketinggian air Bengawan Solo di hilir Jawa Timur akan bertahan lama sebab air laut pasang," katanya.
Kepala Desa Puncangarum Sanawi menjelaskan bahwa ratusan warga di desanya juga warga Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor, sekarang ini bekerja bakti meninggikan tanggul Kali Apur Ingas.
Peninggian tanggul dilakukan dengan memasang sak berisi tanah dan pasir di sepanjang tanggul Kali Apur Ingas untuk menahan agar air tidak meluber menggenangi areal persawahan. "Tanaman padi di sejumlah desa di Kecamatan Kanor dan Baureno, hampir semuanya sudah berbuah, waktunya panen masih kurang 2 pekan lagi," katanya dibenarkan Hadi, warga Desa Temu, Kecamatan Kanor.
Dengan demikian, lanjut dia, kalau saja luapan air Bengawan Solo yang masuk ke Kali Apur Inggas meluber ke persawahan, para petani bisa gagal panen.
Ia mencontohkan keluarganya memiliki tanaman padi seluas 4 hektare yang tersebar di sejumlah lokasi masuk daerah rawan banjir Bengawan Solo yang sekarang ini menjelang masa panen. "Akan tetapi, keluarga kami ikut asuransi usaha tanam padi (AUTP) dengan membayar Rp40 ribu per hektare. Sebagian besar petani di daerah kami yang sekarang menanam padi juga ikut AUTP," ucapnya.