REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Tahun ini, Perum Bulog akan membangun 28 gudang baru yang akan tersebar di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku dan Papua. Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, gudang-gudang baru tersebut akan difungsikan sebagai tempat penyimpanan beras, gabah, jagung, dan kedelai.
"Di tahun 2018 Bulog akan melakukan re-focus pada tugas-tugas yang harus dikerjakan dan kami menyiapkan pembangunan infrastruktur fisik untuk itu," ujarnya, pada wartawan di Cirebon, Rabu (17/1).
Direktur SDM dan Umum Bulog Febriyanto menambahkan, sebanyak 15 gudang baru berkapasitas 25 ribu ton akan dibangun dengan menggunakan dana investasi Bulog. Perusahaan pelat merah tersebut menyiapkan dana Rp 138 miliar untuk pembangunan 15 gudang baru itu.
Sementara, 13 gudang lainnya yang memiliki total kapasitas 45.500 ton akan dibangun dengan menggunakan dana dari Penyertaan Modal Pemerintah (PMN). Tahun ini, Bulog mendapatkan PMN sebesar Rp 2 triliun. Sebagian dari dana itu akan dimanfaatkan untuk membangun gudang.
Selain gudang, pada 2018, Bulog juga akan memperkuat infrastruktur pasca-panen, di antaranya 22 alat pengering berkapasitas 1 juta ton. Selain itu, Bulog akan membeli sejumlah mesin kemas dan mesin re-process baru.
Djarot menyebut, keberadaan mesin pemrosesan ulang sangat dibutuhkan untuk mengembalikan kualitas beras yang sudah lama disimpan. Ia menjelaskan, beras yang disimpan lama, kualitasnya akan semakin menurun. Agar beras dapat dijual, komoditas pangan tersebut perlu diproses ulang agar kualitasnya meningkat.
"Dengan menambah mesin re-process di daerah-daerah harapannya keluhan beras Bulog bisa semakin berkurang," kata Djarot.
Pada tahun ini, Bulog juga menargetkan dapat menyerap 2,7 juta ton setara gabah yang meliputi beras untuk kebutuhan bantuan sosial, beras komersil dan beras cadangan pemerintah.
Baca juga: Pemerintah Provinsi tak Setuju Impor Beras