REPUBLIKA.CO.ID, MUARA TAWEH -- Debit air Sungai Barito pedalaman di Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya, Kalimantan Tengah, kembali surut. Sehingga, sejumlah kapal dan tongkang bertonase besar terperangkap dan tidak bisa berlayar.
"Dalam dua hari terakhir, angkutan kapal dan tongkang bermuatan batu bara bertonase besar tidak bisa berlayar," kata Kepala UPTD Dermaga Muara Teweh pada Dinas Perhubungan Barito Utara, Muhammad Nurdin di Muara Teweh, Kalimantan Tengah, Sabtu.
Sejumlah kapal tarik atau tunda (tug boat) dan tongkang yang sebelumnya berlayar ke hulu maupun hilir pada saat debit air Sungai Barito naik, kini terpaksa bersandar di beberapa tempat. Ketinggian air Sungai Barito pada skala tinggi air (STA) Muara Teweh pada Sabtu siang berada di angka 4,48 meter. Ini menunjukkan angka tidak aman bagi pelayaran kapal bertonase besar.
"Saat air normal tongkang bermuatan dan kosong masih bisa berlayar,'' katanya. ''Namun kini sudah tidak bisa, sehingga mereka bersandar di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito.''
Ilustrasi sejumlah perahu motor melintasi Muara Sungai Butong (anak Sungai Barito) yang kering di Muara Teweh, Barito Utara, Kalimantan Tengah. (Antara/Kasriadi)
Kondisi air sungai sepanjang 900 kilometer yang hulunya berada di wilayah Kabupaten Murung Raya dan mengalir ke wilayah selatan di Kalimantan Selatan itu sekarang sulit diramalkan. Meski saat ini hujan masih turun, kenyataannya debit air Sungai Barito turun.
''Dan kalau di wilayah hulu hujan, maka air kembali naik. Kami sulit memprediksi kondisi air Sungai Barito," ujarnya. (Baca: Mayat Orang Utan Mengapung di Sungai Barito)
Meski angkutan kapal dan tongkang bertonase besar tidak bisa berlayar, sejumlah kapal barang dan angkutan penumpang yang tonasenya sedang untuk sementara tidak mengalami kendala.