REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) meminta Turki menahan diri dan memastikan operasi militernya baru-baru ini di Afrin, Suriah, tidak mengorbankan warga sipil. Menurut AS, operasi militer di Afrin harus fokus untuk menumpas kelompok milisi atau teroris.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert mengatakan AS sangat prihatin atas eskalasi yang saat ini terjadi di Afrin, Suriah. "Terutama berkaiatan dengan penderitaan warga sipil yang tidak berdosa, yang sekarangmenghadapi eskalasi dalam pertempuran," ucapnya pada Ahad (21/1), dilaporkanlaman Anadolu Agency.
Oleh sebab itu, Nauert meminta Turki menahan diri dan memastikan tidak mengorban nyawa warga sipil di sana. Memastikan bahwa operasi militernya terbatas dalam lingkup dan durasi, serta teliti untuk menghindari korban sipil.
"Sekarang saatnya negara-negara besar bekerja sama untuk menjamin stabilitas damai bagi rakyat Suriah," kata Nauert menambahkan.
Pada Sabtu (20/1), militer Turki memulai sebuah operasi bernama Olive Branch di Afrin, Suriah. Afrin merupakan wilayah yang dihuni sekitar 1,5 juta warga Kurdi.
Baca juga, Turki Kecam Undangan Rusia untuk Kurdi Suriah.
Wakil Perdana Menteri Turki Bekir Bozdag mengatakan kelompok PKK(Partai Pekerja Kurdistan), YPG (Unit Perlindungan Rakyat), KCK (Persatuan Komunitas Kurdistan), dan PYD (Partai Persatuan Demokratik Suriah) telah mengubah kawasan Afrin sebagai sarang teror. Menurutnya, hal ini jelasmerupakan sebuah ancaman, tidak hanya untuk Turki, tapi juga negara-negaratetangga.