Kamis 25 Jan 2018 16:15 WIB

Umayyah Perintis Penaklukan Anak Benua India

Pada 711, Muhammad bin Qasim berhasil menguasai Sindh (kini Pakistan).

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
 Kota Damaskus, Suriah, pusat kekuasaan Dinasti Umayyah.
Foto: albumislam.com
Kota Damaskus, Suriah, pusat kekuasaan Dinasti Umayyah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus merupakan penguasa Muslim pertama yang merintis penaklukan Anak Benua India. Pada 711, Muhammad bin Qasim berhasil menguasai Sindh (kini Pakistan). Pemuda yang masih berusia 17 tahun itu merupakan keponakan gubernur Irak, al-Hajjaj bin Yusuf, yang terkenal berwatak keras.

Pada masa kekuasaan Ibnu Qasim yang terbilang singkat, hanya empat tahun, umat agama-agama lokal (Hindu dan Buddha)di lindungi haknya untuk tinggal dan beribadah. Situasi berubah setelah al-Hajjaj wafat. Ibnu Qasim terseret pergolakan politik yang dicetuskan khalifah baru Dinasti Umayyah, Sulaiman bin Abdul Malik. Pada 715, pemimpin muda ini dieksekusi mati.

Barulah pada akhir abad ke-12, mayoritas wilayah India menjadi bagian dari kekuasaan Muslim berikutnya, Kesultanan Delhi. Selama 320 tahun, ada lima dinasti yang berkuasa di dalamnya, yakni Mamluk (1206-1290), Khalji (1290-1320), Tughluq (1320-1414), Sayyid (1414-1415), dan Lodi (1451-1526). Pendiri kesultanan tersebut adalah Qutb al-Din Aibak, bekas budak sultan Ghurid, Muizzuddin Muhammad.

Ceritanya bermula pada akhir abad kesembilan ketika Kerajaan Ghurid masih menjadikan Buddha sebagai agama resmi.Wilayah kekuasaannya merentang dari wilayah Ghor (kini Afghanistan) hingga sebagian besar India utara.

Penaklukan oleh Kerajaan Ghazni mengubahnya menjadi sebuah kesultanan Islam. Dinasti Ghazni berasal dari kebu dayaan Turki (Asia Tengah) dengan pengaruh kuat Persia. Abu Ali bin Muhammad merupakan raja pertama dari Dinasti Ghurid yang mengucapkan dua kalimat syahadat.

Situasi kemudian berbalik. Pada 1186, Sultan Muizzuddin Muhammad berhasil menguasai ibu kota Ghazni, Lahore. Inilah awal masa kejayaan bagi Kesultanan Ghurid. Wilayahnya pada saat itu merentang dari Khurasan (Iran) hingga pesisir Teluk Bengala (kini Bangladesh) di timur.

Meskipun saat itu masih berstatus budak, Qutb al-Din Aibak memeroleh posisi yang penting di lingkungan istana tuannya, Sultan Muizzuddin Muhammad. Aibak kemudianditugaskan untuk memimpin armada militer yang ikut dalam ekspedisi menaklukkan India utara, termasuk Delhi.

Pada 1193, sang sultan meninggalkan wilayah taklukannya itu untuk kembali ke ibu kota. Kekuasaan militer pun secara de facto berada di tangan Aibak. Selanjutnya, Aibak memimpin bala tentara untuk merebut daerah lembah Sungai Ganga dan Yamuna serta wilayah milik tuan-tuan tanah (rajputs) yang masih menolak dominasi Ghurid.

Pada 1206, Muizzuddin Muhammad tewas dibunuh kelompok pemberontak di Khurasan. Sepeninggalan sultan tersebut, Qutubuddin Aibak makin mengukuhkan kekuasaannya di sekitar Delhi. Status budaknya tanggal begitu dia menikahi putri seorang komandan Kesultanan Ghurid, Tajuddin Yildiz. Sejak saat itu, dia mendirikan kesultanan baru yang berpusat di Delhi.

Di antara jejak kekuasaannya yang men jadi rintisan peradaban Islam di India adalah Kompleks Qutb.Area itu terletak di Delhi, tepatnya pada bekas reruntuhan Benteng Lal Kot, situs peninggalan kerajaan Hindu yang berkuasa pada abad kedelapan.

Di dalam Kompleks Qutb, terdapat Masjid Quwwatul Islam dan Menara Qutb. Masjid yang berdiri pada 1193 itu merupakan tempat peribadahan pertama untuk umat Islam Delhi. Adapun menara setinggi 73 meter tersebut dibangun pendiri Kesultanan Delhi ini untuk menghormati sufi Qutbuddin Bakhtiar Kaki (wafat 1235). Kini, Kompleks Qutb diakui sebagai situs warisan dunia versi UNESCO.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
۞ وَلَقَدْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَۚ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيْبًاۗ وَقَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مَعَكُمْ ۗ لَىِٕنْ اَقَمْتُمُ الصَّلٰوةَ وَاٰتَيْتُمُ الزَّكٰوةَ وَاٰمَنْتُمْ بِرُسُلِيْ وَعَزَّرْتُمُوْهُمْ وَاَقْرَضْتُمُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا لَّاُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَلَاُدْخِلَنَّكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ
Dan sungguh, Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan Kami telah mengangkat dua belas orang pemimpin di antara mereka. Dan Allah berfirman, “Aku bersamamu.” Sungguh, jika kamu melaksanakan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu, dan pasti akan Aku masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tetapi barangsiapa kafir di antaramu setelah itu, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.”

(QS. Al-Ma'idah ayat 12)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement