Rabu 31 Jan 2018 09:22 WIB

Pakar Malaysia Sambut Positif Lahirnya Angkatan Puisi Esai

Puisi esai dinilai menawarkan nafas baru dalam kesusastraan Indonesia.

Sastra Indonesia, ilustrasi
Foto: ist
Sastra Indonesia, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdebatan puisi esai di Indonesia begitu seru, bahkan sampai ke Malaysia. Dr. Rem Dambul, ilmuwan Malaysia yang juga menulis puisi sangat positif dengan lahirnya genre baru sastra asal Indonesia, puisi esai.

Mereka yang menentang dan membuat petisi anti puisi esai, disebut Prof Rem adalah kaum yang pasif. Mereka seharusnya senang ada orang yang berinisiatif dan berhasil mencipta genre baru.

Prof Rem mengatakan penyair mapan yang begitu ikonik dan karyanya telah merentas pelbagai zaman yang penuh gelora, yaitu Sapardi Djoko Damono, juga mengakui Denny JA, menawarkan satu napas baru dalam kesusastraan Indonesia

Prof Rem juga mengutip pernyataan Denny JA sendiri.  "Dengan jujur tetapi tegas Denny menyatakan, 'Tidak ada apa pun pada masa kini yang 100 persen baru," Kata Prof Rem dalam siaran pers, Rabu (31/1).

Dia menerangkan, korpus kesusastraan telah bervariasi. Alhasil tiada satu pun yang 100 persen baru. Tetapi, jika beberapa elemen lama, dikombinasi secara kolektif dalam sosok baru, maka ia memberi suatu genre baru yang tulen.

Dalam bahasa khas Malaysia, Prof Rem memberi contoh es krim durian. “Misalnya, bila es krim durian diperkenal sekitar 80-an, maka ia dianggap resep baru. Walaupun durian dan es krim secara tersendiri sudah berzaman-zaman wujud. Ia bukan perkara baru. Tapi ya, es krim durian sebagai satu entiti kolektif yang berganding jadi satu, adalah suatu pembaharuan pada era tersebut," ujar Prof Rem.

Prof Rem membandingkan Denny JA dengan Kolonel Sanders yang membuat Kentucky Fried Chicken (KFC). Sebelum Kolonel Sanders mencipta resepi KFC, sudah ratusan ribu manusia lain mencoba ayam goreng berempah di Kentucky, Amerika Serikat dan malah seluruh dunia.

"Tetapi Kolonel Sanders yang berhak membuat klaim sebagai pelopor kerana dia membuatnya secara 'sistematis, berstruktur dan masif'.  Yang lain itu semuanya cuma tukang goreng ayam berempah runcit-runcitan di sana-sini yang tidak mencetuskan fenomena," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement