REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Militer AS menarik pasukannya dari markas koalisi pimpinan Amerika di Irak dan memindahkannya ke Afghanistan. Pemindahan ini dilakukan setelah kelompok militan ISIS dinyatakan berhasil dikalahkan di Irak.
Pasukan AS mulai ditarik sejak sepekan terakhir dengan penerbangan harian. Menurut berbagai perkiraan, pada 2016, ada lebih dari 5.000 personel militer AS yang ditempatkan di Irak.
Hampir 4.000 di antaranya dikerahkan untuk mendukung dan membantu kelompok-kelompok lokal untuk memerangi militan ISIS. Sementara personel yang tersisa adalah pasukan operasi khusus, pekerja logistik, dan pasukan rotasi sementara.
Pejabat Irak mengatakan, pemerintah mereka telah mencapai kesepakatan dengan koalisi pimpinan AS untuk mengurangi jumlah tentara AS di Irak. Penumpukan militer di Afghanistan mengindikasikan fokus baru AS untuk memerangi konflik.
Pada Agustus lalu, Gedung Putih juga dilaporkan telah menandatangani penambahan 4.000 tentara tambahan ke Afghanistan. Washington Post melaporkan, militer AS berencana meningkatkan jumlah tentara di negara tersebut sebanyak 1.000 orang untuk membantu pasukan Afghanistan melawan Taliban.
Presiden AS Donald Trump telah memperkenalkan strategi baru AS di Afghanistan. Ia memerintahkan percepatan penyerangan dan operasi militer lainnya yang bertujuan untuk meraih kemenangan abadi di Afghanistan.
Dia juga memperingatkan kemungkinan kekurangan pasukan, mengacu pada keputusan Presiden Barack Obama untuk menarik pasukannya dari Irak pada 2011. "Penarikan tergesa-gesa akan menghasilkan kekosongan yang akan diisi oleh teroris, termasuk ISIS dan Alqaedah, seperti yang terjadi sebelum 11 September," ujar Trump.
Sejak Trump menjabat, jumlah pasukan AS di Afghanistan telah bertambah hampir dua kali lipat. Saat ini jumlahnya mencapai 14 ribu tentara, dari 8.500 tentara di awal 2017.