REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pekanbaru mendeteksi dua titik panas di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Rabu (7/2). Titik itu mengindikasikan adanya kebakaran hutan dan lahan.
"Dua titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 50 persen terdeteksi di Pelalawan hari ini," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru Slamet Riyadi di Pekanbaru, Rabu (6/2).
Ia menjelaskan dua titik panas yang terpantau Satelit Terra dan Aqua tersebut terpantau di Kecamatan Kuala Kampar, Pelalawan.
Dari dua titik panas tersebut, ia menuturkan satu titik di antaranya dipastikan sebagai titik api atau indikasi kuat terjadinya kebakaran hutan dan lahan dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen. "Dari dua titik panas, satu titik dipastikan sebagai titik api," tuturnya.
Analis BMKG Pekanbaru Sanya Gautami menuturkan bahwa sebagian besar wilayah Provinsi Riau telah memasuki musim kemarau periode pertama 2018. "Pengurangan curah hujan sudah terjadi. Kondisi serupa diprediksi akan terjadi hingga Maret mendatang," katanya.
Sanya menjelaskan cuaca di Provinsi Riau secara umum berbeda dengan sejumlah daerah di Pulau Jawa yang saat ini menghadapi peningkatan curah hujan.
Menurut dia, pengurangan curah hujan sudah terjadi sejak akhir Januari 2018. Kondisi itu diprediksi bakal berlangsung hingga Maret 2018. BMKG menyebut, periode tersebut sebagai fase pertama musim kemarau di Provinsi Riau.
Pengurangan curah hujan ditandai dengan penurunan jumlah hujan hingga 50 persen. Jika pada Januari rata-rata curah hujan mencapai 100-200 milimeter maka pekan pertama Februari ini hanya 50 mm.
Selain itu, pengurangan curah hujan disertai dengan cuaca panas juga berdampak munculnya belasan titik-titik panas yang mengindikasikan adanya kebakaran hutan dan lahan di wilayah itu pada awal Februari lalu.
Pada Maret-April 2018, cuaca di Riau diprediksi baru akan memasuki musim hujan. Namun, dia mengingatkan bahwa kondisi cuaca saat ini perlu diwaspadai, terutama setelah munculnya titik-titik panas itu.
Ia menguraikan apabila pemerintah lalai dalam menangani munculnya titik panas hingga menyebabkan kabut asap, maka musim hujan tidak akan berpengaruh sama sekali. Hal itu disebabkan kabut asap akan memengaruhi pembentukan awan-awan hujan.
"Ini yang perlu diwaspadai. Februari ini pengurangan hujan terjadi, pada saat pengurangan hujan, pertumbuhan titik api meningkat, wilayah Riau tertutup asap sehingga mengganggu klimatologi Maret-April (musim hujan)," katanya.
Untuk itu, dia mengingatkan kepada seluruh pihak untuk tetap waspada, sehingga bencana kabut asap seperti yang terjadi pada 2015 tidak terulang.