REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba Muh Ali Saleng mengatakan, kualitas produksi perahu phinisi yang diproduksi di Kabupaten Bulukumba makin meningkat seiring dengan kebutuhan pasar. "Kalau sebelumnya perahu phinisi hanya untuk kebutuhan transportasi mengangkut barang dan penumpang, kini sudah banyak pesanan perahu phinisi sebagai kapal wisata atau pesiar," kata Muh Ali menanggapi perkembangan kualitas dan pemanfaatan perahu phinisi, Jumat (9/2).
Sebagai gambaran, terdapat satu perahu phinisi untuk kapal pesiar dari sekian banyak yang diproduksi masyarakat di Lemo-Lemo, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba. Perahu phinisi pesanan pengusaha asal Negara Turki itu, lanjut dia, seharga Rp 23 miliar.
Sementara pesanan perahu phinisi lainnya dipesan oleh warga Makassar dan di luar Sulawesi dengan harga bervariasi. Mulai dari Rp 2 miliar hingga belasan miliar rupiah.
Hal itu dibenarkan salah seorang perajin perahu phinisi di Lemo-Lemo, Jamaruddin. Menurut lelaki paruh baya yang sudah mewarisi keahlian membuat perahu dari ayah dan kakeknya ini, harga perahu phinisi ditentukan dari besar kecilnya kapal dan fasilitas pelengkap perahu. "Jadi perahu yang besar dan panjang, tentu lebih mahal dari yang lebih kecil, karena perhitungan bahan kayu yang digunakan," katanya.
Sementara dari segi bahan, lanjut dia, umumnya menggunakan kayu berkualitas seperti kayu besi dan kayu bitti yang tahan air. Kayu itu selain diambil di Kabupaten Bulukumba yang juga dikenal sebagai bumi panrita lopi, juga didatangkan dari luar provinsi yakni Sulawesi Tenggara.
Mengenai kualitas perahu, dia mengatakan, tradisi keahlian membuat perahu phinisi yang sudah mendapat pengakuan dari lembaga internasional UNESCO ini, terus ditingkatkan. Sambil tidak melupakan nilai-nilai budaya yang diwariskan secara turun-temurun.