REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Sebuah helikopter militer Turki ditembak jatuh saat sedang melakukan operasi militer Olive Branch di Suriah Utara. Informasi ini disampaikan langsung oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi pada Sabtu (10/2).
"Sebelumnya, salah satu helikopter kami telah ditembak jatuh. Mereka akan menanggung akibatnya atas insiden ini," kata Erdogan, tanpa menyebutkan siapa yang bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat tersebut.
Helikopter itu dilaporkan telah jatuh di wilayah Afrin yang berbatasan dengan Provinsi Hatay di Turki, tempat Ankara melakukan operasi militer untuk melawan pasukan Kurdi.
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim mengkonfirmasi, dua tentara tewas dalam helikopter tersebut. Namun, dia mengatakan penyebab kecelakaan itu masih belum jelas. "Kami tidak memiliki bukti atau dokumen yang tepat untuk menentukan apakah penyebabnya berasal dari gangguan dari luar," kata Yildirim.
Baca juga, Ini Jawaban Assad Atas Operasi Militer Turki di Afrin.
Dilansir di kantor berita Turki, Anadolu, operasi militer Olive Branch Turki telah memasuki pekan keempat pada Sabtu (10/2) ini. Operasi ini bertujuan untuk melawan Border Security Force (BSF) yang baru dibentuk di Suriah.
Sebelumnya pada Januari lalu koalisi pimpinan AS mengumumkan mereka akan membantu menciptakan BSF dengan kekuatan 30 ribu anggota. Setengahnya akan diambil dari aliansi Kurdish Syrian Democratic Forces (SDF).
Ankara marah karena pasukan utama di belakang SDF adalah Peoples Protection Units (YPG), yang berkaitan dengan Kurdistan Workers Party (PKK). PKK telah lama dianggap sebagai kelompok teroris oleh Turki.
Erdogan baru-baru ini menyatakan, setelah operasi militer di Afrin selesai, target Turki berikutnya adalah Idlib. "Kami ingin saudara laki-laki dan perempuan kami di Suriah bisa kembali ke tanah mereka, dan sekarang kami ingin melakukan hal yang sama di Idlib seperti apa yang telah kami lakukan di Afrin," kata Erdogan pada Kamis (8/2).
Seiring dengan terus berlanjutnya operasi militer di Suriah utara, Turki yang telah menjadi anggota NATO sejak 1952, sedang menghadapi perlawanan dari sekutu-sekutunya. Selama pekan pertama operasi tersebut, Jerman membekukan semua pasokan senjata ke Ankara, termasuk tank Leopard buatan Jerman yang saat ini digunakan oleh Turki.