Sabtu 17 Feb 2018 06:32 WIB

PHRI: Pariwisata Karangasem Bali Mulai Meningkat

Saat ini okupansi di penginapan di Tulamben mulai ada kehidupan sekitar 30 persen.

Asap keluar dari kawah Gunung Agung yang terpantau dari  Pos Pengamatan Gunung Api Agung, Desa Rendang, Karangasem, Bali.
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Asap keluar dari kawah Gunung Agung yang terpantau dari Pos Pengamatan Gunung Api Agung, Desa Rendang, Karangasem, Bali.

REPUBLIKA.CO.ID,  AMPLAPURA -- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyatakan pariwisata di Kabupaten Karangasem, Bali, mulai bangkit. Kondisi pariwisata di kawasan ini sempat lumpuh karena aktivitas vulkanis Gunung Agung. "Sudah mulai ada tamu menginap tetapi belum signifikan," kata Ketua PHRI Karangasem Wayan Tama di Amlapura, Bali, Sabtu (17/2).

Dia mengatakan, rata-rata seluruh hunian akomodasi pariwisata di kabupaten itu, mencapai sekitar 20 persen. Secara terpisah, Ketua PHRI Bali Cokorda Oka Artha Ardana Sukawati juga meyakini pariwisata di Karangasem sedikit demi sedikit akan mulai hidup kembali setelah nyaris "tertidur". "Pariwisata mulai bergerak walau masih lambat," katanya.

Menurut dia, data okupansi hotel di beberapa titik wisata di kabupaten itu mencapai sekitar 15 persen di Tulamben dan 25 persen di Candidasa. Sebelumnya sempat menyentuh 0 persen.

Kondisi itu diakui salah satu pelaku pariwisata di Karangasem di Desa Tulamben, Sita Marlina, yang menyebutkan perlahan okupansi kamar hotel saat ini mulai merangkak naik. Meski tidak signifikan, namun Manajer Operasional Ocean View Tulamben Dive Resort itu mengaku bangkitnya kunjungan wisatawan yang didominiasi turis dari benua Eropa, Cina dan Australia seakan memberi nafas baru bagi denyut ekonomi masyarakat setempat.

"Saat ini okupansi di penginapan kami di Tulamben mulai ada kehidupan mencapai sekitar 30 persen. Kebanyakan wisatawan Eropa seperti Rusia dan Jerman serta Cina," ucapnya.

Saat ini rata-rata tamu menginap satu hingga dua malam. Kondisi itu  menurun jika dibandingkan rata-rata kondisi normal tiga hingga lima malam menginap di hotel melati dengan 25 kamar itu.

Menurut dia, turunnya status Gunung Agung yang saat ini pada level III atau siaga belum memberikan dampak signifikan mendongkrak langsung kunjungan. Ia mengakui bencana alam memang tidak dapat diprediksi.

Sita mengungkapkan, dari sekitar 15 akomodasi penginapan di kawasan Tulamben, baru sekitar empat hingga lima hotel yang buka. Sedangkan sisanya masih tutup.

 

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement