Ahad 18 Feb 2018 23:52 WIB

Ini Penyebab Penyelundupan Narkoba Masih Marak

Upaya penyelundupan selalu ada sepanjang permintaan tinggi.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Dwi Murdaningsih
  Petugas memperlihatkan barang bukti beserta tersangka jaringan narkoba internasional kepada wartawan di Jakarta, Senin (11/11).  (Republika/Prayogi)
Petugas memperlihatkan barang bukti beserta tersangka jaringan narkoba internasional kepada wartawan di Jakarta, Senin (11/11). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri dan Badan Narkotika Nasional (BNN) belakangan ini kerap membendung upaya penyelundupan narkotika jaringan internasional terutama dari Malaysia dan Cina menuju Indonesia. Kejadian ini berulang kali terjadi, meskipun sudah ada kerangka kerja sama internasional, misalnya Joint Declaration of Drug Free Asean.

Koordinator Indonesia Narcotic Watch (INW) Josmar Naibaho menilai, kerangka kerja sama semacam itu tidak menjamin terhentinya arus narkoba dari jaringan internasional menuju Indonesia. "Sepanjang permintaan tinggi dan margin keuntungan yang tinggi pula, maka upaya penyelundupan selalu ada," kata dia pada Republika.co.id, Ahad (18/2).

Josmar mencontohkan, harga segram sabu di luar negeri hanya berkisar Rp 15 ribu. Saat sampai di Indonesia, harganya berada di kisaran Rp 300 - 400 ribu. Josmar mengungkapkan, jalur laut akan menjadi jalur favorit di seluruh perairan Indonesia. Bahkan, ia memprediksikan, ke depannya upaya penyelundupan narkoba ke Indonesia 90 persen bakal melewati laut.

Jalur laut dipilih karena jalur udara, disamping kuantitasnya kecil, sistem deteksinnya jauh lebih canggih. Sehingga lebih rentan ketahuan. "Kalau laut kan bisa lewat pelabuhan kecil, bisa disamarkan dengan peti kemas dan sebagainya," kata dia.

Sementara jalur laut, dengan perairan yang cukup luas, dan titik-titik pelabuhan ilegal menjadi favorit para penyelundup. Hal ini, kata dia, diperparah dengan fakta bahwa Indonesia menjadi tujuan akhir penyelundupan narkoba, bukan sekedar transit. "Ke depan jangan heran ada kapal selam kecil sampai Teluk Jakarta misalnya ternyata bawa narkoba dan itu kita sulit melakukan pengawasan di seluruh titik," ucap dia.

Untuk itu, Josmar mengimbau, kerja sama dengan interpol tetap ditingkatkan. Namun, dari dalam negaeri, mempercanggih sistem deteksi juga diperlukan. Begitu pula penambahan personel yang menurut dia masih kurang, terutama untuk BNN. "Mereka sudah kerja keras tetapi masih kewalahan. Artinya, perbandingan personel dengan hal yang diawasi tidak sebanding," kata dia.

Untuk Polri, lanjut Josmar, diharapkan unit anti narkoba hingga unit terkecil dapat terus dimaksimalkan. "Polri maksimalkan hingga unit paling kecil, kan mereka ada sampai ke Polsek-polsek," kata dia.

Sementara, melihat kerawanan di perairan, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Polisi Mohammad Iqbal mengatakan, untuk wilayah perairan, Polri akan melakukan pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat Polisi Air (Ditpolair) Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam) Polri.

"Tentu dukungan-dukungan, upaya pemberantasan narkoba jelas kita lakukan, dengan pelibatan seluruh satuan kewilayahan seperti polda-polda, polres-polres hingga polsek-polsek se-Indonesia," kata Iqbal.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement