Kamis 22 Feb 2018 17:44 WIB

Survei Median: Anis Matta Capres Terkuat dari Basis Islam

Anis Matta ungguli tokoh Islam lain seperti Muhaimin Iskandar dan TGB Zainul Majdi

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Bilal Ramadhan
Anis Matta
Anis Matta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Presiden PKS Anis Matta memiliki elektabilitas sebagai calon Presiden RI yang paling tinggi di kalangan politikus basis Islam. Dia membawahi nama-nama besar lain yang muncul belakangan, seperti Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Gubernur NTB Tuang Guru Bajang Zainul Majdi, dan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan.

"Capres dengan suara terbesar dari kalangan politikus basis Islam, sejauh ini adalah Anis Matta," ujar Direktur Eksekutif lembaga survei Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun dalam peluncuran hasil survei elektabilitas capres 2019 di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (22/2).

Di basis tersebut, elektabilitas Anis sebesar 1,5 persen. Di bawahnya adalah Fahri Hamzah, wakil ketua DPR saat ini, dengan 0,9 persen, TGB Zainul Majdi 0,8 persen, Ahmad Heryawan 0,6 persen, Mahfud MD 0,5 persen, Rhoma Irama 0,3 persen, dan Muhaimin 0,2 persen.

Nama-nama lainnya seperti Ketua Umum PPP Romahurmuziy dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan berada di bawah persentase tersebut. Rico memaparkan, pemilih atau akar rumput PKS sebanyak 45,0 persen memilih Anis sebagai Presiden RI, 17,9 persennya memilih Prabowo Subianto, 9,3 persen memilih Gatot Nurmantyo, dan hanya 0,7 persen yang memilih Joko Widodo (Jokowi).

Sementara, akar rumput PAN, sebanyak 27,5 persen memilih Prabowo sebagai Presiden, 20,0 persen memilih Jokowi, 9,1 persen memilih Anies Baswedan, 9,1 persen memilih Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan 4,5 persen memilih Hary Tanoesoedibjo. Sedangkan di akar rumput PKB, ada sebanyak 49,3 persen yang memilih Jokowi dan sebanyak 50,7 persennya belum menyatakan pilihannya pada Jokowi.

Populasi survei yang dilakukan Median Survei Nasional yakni seluruh warga yang memiliki hak pilih. Target sampelnya 1.000 responden dengan margin of error sebesar kurang lebih 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Sampel dipilih secara random dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi PROV dan gender. Hasil survei menunjukkan dinamika politik yang terjadi selama masa pengambilan data. Quality control dilakukan terhadap 20 persen sampel yang ada.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement