REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Presiden PKS Anis Matta memiliki elektabilitas sebagai calon Presiden RI yang paling tinggi di kalangan politikus basis Islam. Dia membawahi nama-nama besar lain yang muncul belakangan, seperti Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Gubernur NTB Tuang Guru Bajang Zainul Majdi, dan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan.
"Capres dengan suara terbesar dari kalangan politikus basis Islam, sejauh ini adalah Anis Matta," ujar Direktur Eksekutif lembaga survei Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun dalam peluncuran hasil survei elektabilitas capres 2019 di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (22/2).
Di basis tersebut, elektabilitas Anis sebesar 1,5 persen. Di bawahnya adalah Fahri Hamzah, wakil ketua DPR saat ini, dengan 0,9 persen, TGB Zainul Majdi 0,8 persen, Ahmad Heryawan 0,6 persen, Mahfud MD 0,5 persen, Rhoma Irama 0,3 persen, dan Muhaimin 0,2 persen.
Nama-nama lainnya seperti Ketua Umum PPP Romahurmuziy dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan berada di bawah persentase tersebut. Rico memaparkan, pemilih atau akar rumput PKS sebanyak 45,0 persen memilih Anis sebagai Presiden RI, 17,9 persennya memilih Prabowo Subianto, 9,3 persen memilih Gatot Nurmantyo, dan hanya 0,7 persen yang memilih Joko Widodo (Jokowi).
Sementara, akar rumput PAN, sebanyak 27,5 persen memilih Prabowo sebagai Presiden, 20,0 persen memilih Jokowi, 9,1 persen memilih Anies Baswedan, 9,1 persen memilih Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan 4,5 persen memilih Hary Tanoesoedibjo. Sedangkan di akar rumput PKB, ada sebanyak 49,3 persen yang memilih Jokowi dan sebanyak 50,7 persennya belum menyatakan pilihannya pada Jokowi.
Populasi survei yang dilakukan Median Survei Nasional yakni seluruh warga yang memiliki hak pilih. Target sampelnya 1.000 responden dengan margin of error sebesar kurang lebih 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sampel dipilih secara random dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi PROV dan gender. Hasil survei menunjukkan dinamika politik yang terjadi selama masa pengambilan data. Quality control dilakukan terhadap 20 persen sampel yang ada.