REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Jumlah dugaan pelecehan dan eksploitasi seksual dilaporkan di seluruh sistem PBB yang mencakup lebih dari 185 ribu personel militer dan sipil dalam kuartal terakhir 2017 naik sebanyak 40 kasus, Kamis (22/2).
"Tidak semua dugaan telah sepenuhnya diabsahkan, dan banyak berada pada tahap penilaian awal," kata Stephane Dujarric, juru bicara yang menjelaskan kasus itu dilaporkan antara 1 Oktober dan 31 Desember 2017.
"Memerangi momok ini, dan membantu serta memberdayakan mereka yang telah terluka oleh perbuatan mengerikan ini terus menjadi prioritas utama buat Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada 2018," katanya.
"Dari 40 dugaan, 15 dilaporkan dari operasi pemelihara perdamaian. Semua 15 kasus ini bukaan dugaan baru. Semua telah diunggah dari bank data mengenai Tindakan dan Disiplin," kata Dujarric.
"Sisa 25 dugaan dilaporkan dari lembaga, dana dan program, dan mecakup delapan dugaan yang berkaitan dengan mitra pelaksanaan," kata juru bicara tersebut. "Dari 40 dugaan, 13 dikategorikan sebagai pelecehan seksual, 24 sebagai eksploitasi seksual, dan tiga adalah yang sifatnya tak diketahui."
Dujarric mengatakan kepada wartawan selama taklimat harian di Markas Besar PBB di New York semua 40 dugaan tersebut melibatkan 54 korban. Sebanyk 30 adalah perempuan dan 16 berusia di bawah 18 tahun. Usia delapan korban lain tak diketahui dan 12 dari semua 40 dugaan itu terjadi pada 2017, tujuh pada 2016, tiga pada 2015 atau sebelumnya. Tanggal tak diketahui untuk 18 kasus dugaan.
"Berkaitan dengan status ke-40 dugaan, dua telah diperkuat oleh penyelidikan; tiga belum diperkuat; 15 berada pada berbagai tahap penyelidikan; dua sedang dikaji dengan informasi terbatas yang disediakan buat proses penyelidikan," kata Dujarric selama taklimatnya.
"Dengan lebih dari 95 ribu warga sipil dan 90 ribu personel tanpa seragam yang bekerja buat PBB, pelecehan dan eksploitasi seksual tidak mencerminkan perilaku mayoritas lelaki dan perempuan yang berdedikasi dan bertugas di organisasi ini," katanya.
"Tapi setiap dugaan yang melibatkan personel kami menegaskan prinsip dan nilai kami dan mengorbankan mereka yang bertugas dengan kebanggaan dan profesionalisme di sebagian tempat paling berbahaya di dunia," kata juru bicara PBB itu.