REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dalam jumpa pers di Mapolda Jabar, YR (56 tahun) tersangka pembuat laporan palsu mengungkapkan alasannya melakukan aksi tersebut. Menurut penuturan bapak empat anak ini ide seolah-olah dirinya menjadi korban penganiayaan muncul tengah malam.
Selepas shalat isya, ia mengaku tak gelisah dan tidak bisa tidur. Alasannya karena ia memikirkan kebutuhan hidup sehari-hari yang sulit dipenuhi. "Setelah shalat isya hingga jam 02.00 WIB pagi saya enggak bisa tidur. Mikirin kebutuhan ekonomi," kata YR, Kamis (1/3).
Yang membuatnya semakin gelisah yaitu permintaan anak laki-lakinya untuk dibelikan mesin pemotong rumput sebagai syarat bisa diterima kerja. Ia mengaku ingin membelikan mesin tersebut agar anak laki-lakinya bisa hidup mandiri.
Namun karena tak memiliki uang permintaan anaknya itu tak bisa dipenuhi. Ia mengaku hanya mendapatkan upah Rp 125 ribu per bulan sebagai seorang marbot.
"Malam sebelum kejadian saya mikirin terus. Sampai enggak bisa tidur. Penghasilan saya hanya Rp 125 ribu per bulan. Tidak cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari," ujar dia.
Pada Rabu (28/1) sebelum tidur sekitar pukul 02.00 WIB, ide dirinya menjadi korban pun muncul. Dengan menjadi korban penganiayaan ia berharap mendapat belas kasihan dari masyarakat.
Sekitar pukul 04.30 WIB seperti biasa YR bangun dan membuka pintu masjid untuk menyiapkan perlengkapan shalat subuh. Namun tugas rutin yang telah dijalaninya selama lima tahun diabaikannya kali ini. Ia memilih melaksanakan niatnya semalam.
Sebelum mengikat diri, YR terlebih dulu menggunting kopiah warna putih yang dikenakannya. Ada dua guntingan di bagian atas kopiah yang dikenakannya. Tujuannya seolah-olah terkena bacokan golok para pelaki.
Ia kemudian merusak satu kursi di dalam masjid dan membawa dua buah mukena warna putih dan orange serta satu sorban warna putih merah untuk mengingat mulut, kaki, dan tangan. Cara mengikat ia pertontonkan di depan para wartawan.
Dengan cekatan YR mengikat wajahnya dengan dengan sorban, kemudian kaki dengan mukena oranye dan terakhir kaki dengan mukena warna yang sama. "Lampu masjid sengaja saya matikan," ujar dia yang mengenakan kaos warna abu serta sarung warna oranye.
Usai mengikat mulut, kaki, dan tangan, YR kemudian menjatuhkan diri persis di depan mimbar. Tak lama kemudian datang H Agus T Saleh (58) jamaah yang pertama kali datang ke masjid bersama istrinya.
Kepada Republika.co.id di Mapolda Jabar, ia menuturkan saat membuka pintu tidak dalam dalam keadaan terkunci. Ia bersama istrinya tak curiga dan kemudian masuk dengan penerangan lampu senter yang dibawanya.
"Saya dengar ada suara ngorok dan mencari sumbernya. Ternyata Pak Yuyu sudah tergeletak dengan posisi mulut, kaki, dan tangan terikat. Saya tak berpikir panjang dan langsung menolongnya," ujar lelaki berambut putih ini.
Yang pertama kali dibuka adalah sorban yang mengikat mulut YR. Kemudian membuka ikatan di kaki dan tangan. Saat membuka ikatan di tangan ia mengaku kesulitan. Butuh waktu sekitar lima menit untuk membuka ikatan dengan posisi tangan di belakang.
"Susah bukanya. Saya sampai heran kok ikatannya kuat. Tadinya saya mau cari gunting untuk memotong ikatan di tangan tapi saya batalkan karena pasti lama dan korban harus segera ditolong," kata dia.
Setelah membuka seluruh ikatan Agus bergegas mencari bantuan ke rumah-rumah terdekat masjid. Tak lama kemudian datang warga lainnya dan seorang anggota Koramil Pameungpeuk Serda Aceng Saepuloh.
Dia yang menggotong korban dan membawanya ke puskesmas. Foto Serda Aceng ini viral di medsos. Atas tindakannya tersebut ia mengaku spontan dan terdorong rasa kemanusiaan.
"Saya tak berpikir kalau aksi dia (YR) ini hanya pura-pura. Saya gotong dan bawa ke puskesmas. Saat itu saya sedang piket di kantor yang jaraknya tak kauh dari masjid. Begitu ada laporan saya langsung datangi TKP," kata Serda Aceng di Mapolda yang datang dari Garut bersama Dandim Garut Letkol Inf Asyraf Aziz.
Atas tindakannya yang sigap itu, Serda Aceng pun diganjar penghargaan pimpinannya. Menurut Kapendam III Siliwangi Kol Arm M Desi Arianto, pimpinan mengapresiasi tindakan cepat Serda Aceng yang awalnya diduga korban penganiayaan.
"Sejak awal kejadian anggota kita tidak tahu kalau itu tindakan bohong. Bahwa ada kejadian di masjid benar dan kemudian setelah disidik polisi ternyata itu aksi laporan palsu. Sebagai prajurit TNI AD sikap sigap Serda Aceng dalam hal kemanusiaan harus kita apresiasi. Untuk proses hukum itu kewenangan polisi," tutur dia yang juga hadir di Mapolda Jabar.
YR yang sudah lima tahun menjadi marbot di masjid tersebut sengaja dihadirkan di hadapan para wartawan di Mapolda Jabar. Dengan mengenakan kaos oblong warna abu dan kopiah putih serta topeng penutup wajah, YR mencerikan aksi sandiwaranya yang seolah-olah menjadi korban penganiayaan lima orang tak dikenal.
Kapolda Jabar Irjen Pol Drs Agung Budi Maryoto mengatakan, proses hukum atas kasus laporan palsu terus berjalan. Tersangka YR pun harus menjalani proses penyidikan dan ditahan di Polda Jabar.
"Kasusnya tetap diproses. Soal kesulitan ekonomi yang dialami YR serta keluarganya kita akan bantu. Nanti kapolres yang akan menindaklanjutinya," ujar dia.