REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Toto Sugiarto, mengatakan, kecil kemungkinan munculnya tokoh nasional perempuan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Sebab, menurut dia, belum ada sosok perempuan yang benar-benar "terpotret" dalam survei elektabilitas.
Toto melihat, salah satu penyebab belum adanya perempuan dalam radar Pilpres 2019 adalah kurangnya sosialisasi dari para perempuan tersebut. "Meski Indonesia pernah memiliki presiden perempuan, sosialisasi dari tokoh nasional perempuan ke masyarakat masih terbilang minim," kata dia ketika dihubungi Republika, Rabu (21/3).
Menurut Toto, apabila memang ada tokoh perempuan yang berniat maju ke Pilpres 2019, sebaiknya segera melakukan sosialisasi dari sekarang. Caranya, dia mengatakan, mengenalkan diri ke masyarakat atau partai politik yang berpotensi mendukung.
Akan tetapi, melihat dinamika saat ini, Toto pesimistis bakal ada sosok perempuan yang maju pada Pilpres 2019. Saat ini, dia menerangkan, pesta demokrasi itu masih bakal menjadi pertarungan dua kubu, yakni Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto. Untuk pendamping mereka pun, ia menerangkan, nama-nama yang muncul merupakan tokoh laki-laki, seperti Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
Menurut dia, kemungkinan tokoh perempuan berkontentasi dalam pemilihan presiden lebih berpeluang terjadi pada 2024. Para tokoh perempuan yang memiliki elektabilitas bisa memanfaatkan waktu hingga enam tahun mendatang untuk bekerja keras meningkatkan popularitas.
"Mereka dapat membuktikan diri dengan kinerja baik untuk merebut hati masyarakat," tutur Toto.
Jika diprediksi dari saat ini, Toto melihat, ada beberapa nama yang mungkin saja maju ke Pilpres 2024. Di antaranya, Puan Maharani, yang disebut-akan melanjutkan tongkat estafet dari Megawati Soekarnoputri, serta dua menteri populer, Sri Mulyani dan Susi Pudjiastuti.