Selasa 27 Mar 2018 21:14 WIB

Ini Variasi Bentuk Menara Masjid

Masjid Hassan II di Casablanca, tercatat sebagai masjid dengan menara tertinggi dunia

Ragam menara masjid
Foto: republika/mardiah
Ragam menara masjid

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kata 'menara' berasal dari bahasa Arab manara yang berarti rumah api. Menara masjid biasanya merupakan bangunan menjulang tinggi yang dilengkapi pengeras suara untuk azan. Letak menara masjid kebanyakan merupakan tambahan pada bangunan utama masjid. Ada menara yang dibangun menyatu dengan bangunan masjid, tapi banyak pula menara masjid yang letaknya terpisah dari bangunan utama masjid.

Memang, pada mulanya, menara masjid tidak berdiri sendiri, melainkan menyatu dengan bangunan masjid, seperti pada Masjid Damaskus dan Masjid Nabawi. Namun, dalam perkembangannya, sudah ada menara masjid yang dibangun terpisah dengan bangunan masjid utama, seperti menara Masjid Agung Samarra dan menara Masjid Abu Dulaf di Irak.

Bentuk-bentuk menara masjid yang ada saat ini menjadi bervariasi. Ada yang berbentuk klasik, variasi, segi empat, menara spiral, dan menara silinder. Pada menara klasik, lantai dasarnya berbentuk segi empat, naik ke atas menjadi segi delapan, kemudian tower silinder dengan puncak sebuah kubah kecil. Menara Masjid Mad Chalif di Kairo yang dibangun pada abad ke-11 Masehi semasa pemerintahan Khalifah Al-Hakim dari Dinasti Fatimiyah termasuk jenis ini.

Jenis menara variasi diawali dengan segi empat di bagian bawah, lalu bertransformasi menjadi segi enam yang dihiasi dengan balkon segi delapan. Sedangkan, menara jenis silinder dibangun dalam diameter silinder yang semakin kecil di puncak. Menara jenis ini banyak ditemukan pada masjid-masjid di Iran, seperti menara Masjid Natanz.

Menara bentuk spiral banyak dijumpai pada masjid-masjid di Samarra yang merupakan tradisi dalam bangunan menara Mesopotamia. Kekokohan bangunan menara ini pun sudah teruji. Menara Masjid Samarra dan Masjid Dullaf yang telah berusia 1.200 tahun hingga sekarang masih tegak berdiri, padahal bangunan masjidnya hanya tinggal reruntuhan. Masjid lain yang juga memiliki menara spiral adalah Masjid Ibnu Tulun di Fustat, Mesir.

Berbeda dengan menara masjid umumnya, menara Masjid Aleppo di wilayah Mediterrania sepenuhnya berbentuk segi empat dari dasar hingga puncak. Pembeda lainnya, menara masjid ini tidak memiliki kubah di puncaknya. Menara yang dibangun oleh penguasa Turki Seljuk pada tahun 1089 ini menggunakan batu sebagai material utama. Dirancang oleh Hasan bin Mufarraj, di masjid ini terletak muqarnas di puncaknya yang menyerupai galeri dan berfungsi sebagai tempat muadzin.

Saat ini, Masjid Hassan II di Casablanca, Maroko, tercatat sebagai masjid dengan menara tertinggi di dunia. Ketinggiannya mencapai ketinggian 210 meter (selengkapnya, baca tulisan lain di halaman ini). Kabarnya, di Teheran, Iran, sedang dibangun dua menara masjid yang tingginya mencapai 230 meter, melebihi Masjid Hassan II.

Selain itu, menurut wikipedia, ada juga menara masjid batu tertinggi di dunia, yakni menara Masjid Batu Qutub Minar, New Delhi, India. Ketinggian menara masjid kuno ini adalah 72 meter dengan 399 anak tangga menuju puncaknya. Jauh lebih tinggi dibandingkan menara masjid kuno di Kudus (Menara Kudus) yang hanya sekitar 15 meter. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement