Kamis 29 Mar 2018 07:40 WIB

Battle Of Surabaya Raih Penghargaan Kemendikbud

Pengakuan di dalam negeri itu suatu hal penting bagi para animator.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Winda Destiana Putri
Poster film 'Battle of Surabaya'
Foto: ist
Poster film 'Battle of Surabaya'

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Film animasi karya MSV Picture yang merupakan badan usaha milik Universitas Amikom Yogyakarta akhirnya memeroleh penghargaan tingkat nasional. Kali ini, penghargaan diberikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dalam acara puncak Hari Peringatan Perfilman Nasional yang dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Malang Town Square (Matos), Rabu malam (28/3).

Kepala HRD MSV Animation Studio, Dewa Made Budi Swardana mengatakan, film karya anak bangsa ini mendapatkan penghargaan pada kategori "Animasi Terbaik" oleh Kemendikbud. "Akhirnya film kita diakui di Indonesia. Kita memang sebelumnya sudah mendapatkan penghargaan di luar negeri, tapi kalau dalam negeri baru kali ini," kata Dewa saat ditemui wartawan di Studio Matos, Rabu malam (28/3).

Sebelumnya, film Battle of Surabaya sudah berhasil penghargaan tingkat internasional sebanyak 14 kali. Terakhir penghargaan diberikan dalam satu acara perfilman internasional di Toronto, Kanada. Sementara untuk tingkat nasional telah mendapatkan apresiasi sekitar empat kali.

Menurut Made, pengakuan di dalam negeri itu suatu hal penting bagi para animator. Tak hanya merasa diapresiasi tapi juga mendorong mereka untuk berkarya lebih baik lagi. Oleh sebab itu, pihaknya bersama AMIKOM Yogyakarta berencana akan memproduksi film animasi 3D terbaru di 2019 mendatang.

"Nanti ceritanya lebih ke cerita rakyat sih," kata dia.

Produser Film Battle of Surabaya, Adi Jayusman mengatakan, beberapa alasan yang membuat karyanya sering mendapatkan penghargaan. Menurut dia, itu dikarenakan sisi cerita yang sifatnya lebih universal. Pesan perdamaian sangat cocok dan mudah diterima kalangan dunia termasuk Indonesia.

Mendapatkan berbagai penghargaan tentu suatu hal yang cukup membanggakan, apalagi jika mengingat suka dukanya. Menurut Adi, proses pembuatan film awalnya cukup sulit karena pihaknya membutuhkan banyak tim untuk membuat gambar manual pada karakter animasi. Apalagi pihaknya harus membangun sistem yang saat itu belum dimiliki sama sekali.

"Dan kita habiskan waktu tiga tahun untuk produksi," jelasnya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement