REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia telah memenuhi kebutuhan daging olahan ayam Jepang, Timor Leste, Papua Nugini dan negara Asia Tengga lainnya. Kini, pasar Timur Tengah menjadi bidikan ekspor selanjutnya.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengatakan, pihaknya telah berbicara dengan PT Sierad Produce terkait potensi besar tersebut. Hal ini karena Timur Tengah mulai tidak lagi menerima produk unggas Eropa karena adanya kasus penyakit.
"Nah kesempatan ini mau kita ambil," ujarnya, Jumat (20/4).
Baca juga, Indonesia Ekspor Daging Ayam ke Tiga Negara.
Pasar Timur Tengah dengan mayoritas penganut Islam seperti Indonesia diakui Ketut menjadi nilai tambah karena kepercayaan label halal yang dimiliki.
"Jadi kita tidak terlalu mengalami kesulitan, yang penting nembus pertama," kata dia. Dengan masuknya produk unggas Indonesia ke Timur Tengah, itu artinya produksi dalam negeri yang selama ini kelebihan suplai bisa teratasi.
Selain Sierad, PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) telah mengisi pasar luar negeri yakni Jepang, Timor Leste dan Papua Nugini. Presiden Direktur PT CPI Thomas Effendy mengatakan, pihaknya tengah menjajaki pasar global lain."Banyak negara yang kita jajaki namun belum ada yang pasti order," kata dia.
Alasannya, di bidang makanan ayam tidak mudah karena banyak hal yang hrus diproses antar negara berupa G to G nya. Bahkan, walaupun G to G sudah oke, negara importir akan tetap melihat dulu darimana produksi ayam, dimana tempat pemeliharaannya, bagaimana pengolahannya dan lain sebagainya."Semua ada satu proses yang cukup panjang," ujar dia.