Selasa 24 Apr 2018 17:43 WIB

Pengunjuk Rasa Tuntut Presiden Nikaragua Mengundurkan Diri

Ortega diprotes karena berencana merombah sistem kesejahteraan.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Daniel Ortega
Foto: bbc.co.uk
Daniel Ortega

REPUBLIKA.CO.ID, MANAGUA -- Ribuan demonstran turun ke jalan untuk menuntut pengunduran diri Presiden Nikaragua Daniel Ortega di ibu kota Managua, pada Senin (23/4). Unjuk rasa yang dimulai sejak pekan lalu tersebut diwarnai bentrokan antara demonstran dengan polisi yang telah menyebabkan sedikitnya sembilan orang tewas.

Pengunjuk rasa melambai-lambaikan bendera biru-putih Nikaragua dan meneriakkan "Presiden, turun!" Presiden Ortega, mantan pemimpin gerilya sayap kiri yang dituduh berusaha membangun kediktatoran keluarga, sebelumnya telah meluncurkan rencana untuk merombak sistem kesejahteraan di negara Amerika Tengah itu.

Tindakan keras polisi terhadap pengunjuk rasa dan pembatasan pada beberapa media telah memicu kritik yang lebih luas terhadap Ortega. Pada Ahad (22/4) malam, dalam upaya untuk menenangkan demonstran, Ortega mengatakan telah membatalkan rencana perombakan sistem kesejahteraan.

Demonstrasi pada Senin (23/4) yang dipimpin oleh mahasiswa adalah aksi protes terbesar dalam enam hari terakhir. Mereka menuntut agar pemrotes yang dipenjara dalam aksi di hari-hari sebelumnya dapat segera dibebaskan seiring dengan diakhirinya pemerintahan Ortega.

"Daniel Ortega tidak lagi memiliki kapasitas politik atau otoritas moral untuk terus mengatur negara," tulis surat kabar konservatif, La Prensa, yang sering mengkritik keras Ortega dan rezim Nikaragua sebelumnya.

Polisi terlibat bentrok dengan para mahasiswa dari Polytechnic University of Nicaragua pada Ahad (22/4) malam. Seorang demonstran meninggal setelah terkena tembakan, sementara lima orang lainnya dirawat karena cedera.

Juru bicara Palang Merah Nikaragua, Basset Guido, mengatakan Palang Merah telah mencatat sembilan kematian sejak protes dimulai pada Rabu (18/4) dan 433 orang lainnya terluka. Direktur Nicaraguan Center of Human Rights (CENIDH), Marlin Sierra, mengatakan 120 orang telah ditangkap.

Pada Senin (23/4), Departemen Luar Negeri AS mengesahkan penarikan pegawai pemerintah AS dan menghentikan layanan konsuler di Nikaragua. Seorang pejabat AS mengatakan Kedutaan Besar AS di Managua akan menutup sejumlah layanan operasinya sampai pemberitahuan lebih lanjut, tetapi akan tetap memberikan layanan kepada warga negara AS dan pemohon visa.

Nikaragua sebelumnya merupakan salah satu negara Amerika Tengah yang cukup stabil. Negara tersebut sering menghindari gejolak yang disebabkan oleh kekerasan geng kejahatan atau pergolakan politik. Gejolak tersebut mempengaruhi negara tetangganya seperti Honduras, El Salvador, dan Guatemala.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement