Rabu 12 Jan 2022 19:31 WIB

Setelah Berpaling dari Taiwan, Nikaragua Kini Dirangkul China

Nikaragua dan China menandatangani perjanjian kerja sama

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Seorang wanita menyaksikan Presiden Nikaragua Daniel Ortega di televisi. Nikaragua dan China menandatangani perjanjian kerja sama. Ilustrasi.
Foto: EPA/Jorge Torres
Seorang wanita menyaksikan Presiden Nikaragua Daniel Ortega di televisi. Nikaragua dan China menandatangani perjanjian kerja sama. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Satu bulan setelah Nikaragua mengubah pengakuannya pada Taiwan dari Taipei ke Beijing, negara itu menandatangani beberapa perjanjian kerja sama dengan China. Kesepakatan-kesepakatan itu menandai hubungan politik baru kedua negara termasuk dukungan Managua pada proyek Belt Road Initiative (BRI).

Pada Rabu (12/1/2022) media Rusia, Sputnik News, melaporkan perwakilan Nikaragua dan China menandatangani sejumlah kerja sama pada Senin (10/1/2022) lalu sebelum pelantikan Presiden Nikaragua Daniel Ortega untuk masa jabatan keempat.

Baca Juga

Dokumen kerja sama itu berisi antara lain kesepakatan konsultasi politik, perjanjian kerja sama dan diplomasi bilateral, serta nota kesepahaman dalam kerja sama berdasarkan BRI dan Kerja Sama Maritim Abad-21 (CMC). Selain itu disepakati pula pengabaian visa bagi warga China dan Nikaragua yang membawa paspor diplomatik atau untuk urusan resmi.

"Kami mementingkan penguatan hubungan dengan negara-negara sahabat. Karena itu kami menyambut keputusan pemerintah Ortega untuk memperkuat hubungan dengan negara kami," kata Wakil Presiden Komite Tetap di Majelis Rakyat Nasional China (NPA), Coa Jianming, seperti dikutip TeleSUR.

"Dalam pertemuan ini, kami meratifikasi prinsip-prinsip sosialisme berdasarkan prinsip Marxisme-Leninisme dan pemikiran pemimpin Mao Zedong dan presiden kami Xi Jinping," tambah Cao.

Kantor berita Xinhua melaporkan Ortega mengatakan pada Cao bahwa Nikaragua telah mengikuti dengan seksama keberhasilan Partai Komunis China selama satu abad terakhir. Termasuk membangun masyarakat yang makmur dalam segala hal, menghapus kemiskinan absolut, dan dengan sukses menggelar sidang pleno keenam Komite Sentral CPC ke-19.

Partai demokrat sosialis Sandinista National Liberation Front (FSLN) yang dipimpin Ortega mengejar program-program sosial di negara Amerika Tengah yang miskin tersebut. Langkah itu dilakukan walaupun menghadapi perlawanan dari Amerika Serikat (AS) termasuk perang proksi selama 10 tahun selama pemerintahan Ortega pada 1980-an hingga menggulingkannya dari kekuasaan.

Namun pada 2006 ia kembali terpilih dan terpilih lagi tiga kali berikutnya. Ia kembali terpilih menjadi presiden Nikaragua dalam pemilihan November 2021 lalu.

AS menolak hasil pemilu tersebut dengan menuduh Ortega menyingkirkan lawan-lawan politiknya. Tuduhan mencuat karena Ortega menangkap beberapa kandidat yang memainkan peran penting dalam kerusuhan pada awal 2018. AS membiayai dan mendukung kerusuhan tersebut dengan menyebutnya sebagai unjuk rasa damai.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement