Kamis 26 Apr 2018 16:29 WIB

Mentan Harap Usaha Peternakan Bisa Sejahterakan Petani

usaha peternakan harus bisa menyejahterakan petani sekaligus mengentaskan kemiskinan

Rep: Mas Alamil Huda / Red: Andi Nur Aminah
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman
Foto: Republika/Melisa Riska Putri
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman

REPUBLIKA.CO.ID, BULUKUMBA -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, kegiatan usaha peternakan harus bisa menyejahterakan petani sekaligus mengentaskan kemiskinan. Hal tersebut disampaikan di sela acara Kontes Ternak dan Panen Pedet di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan pada Kamis (26/4).

Panen pedet merupakan puncak dari rentetan proses program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) melalui Inseminasi Buatan (IB) yang dibagikan gratis kepada masyarakat. Secara nasional, realisasi program UPSUS SIWAB cukup signifikan.

Untuk pelayanan Inseminasi Buatan sejak Januari 2017 hingga April 2018, telah terealisasi sebanyak 5.364.355. Dari angka itu, kebuntingan tercapai 2.387.648 ekor, dan kelahiran sebanyak 1.153.574 ekor. Jika sapi-sapi itu besar, beratnya hingga satu ton. Satu ekor sapi pun bisa dijual dengan harga rata-rata Rp 50 juta. "Hasilnya bisa menghasilkan Rp 250 triliun," kata Amran.

Menurutnya, modal untuk itu hanya sperma sapi dengan harga Rp 50 ribu per ekor. Namun, kata dia, jika sudah lahir harganya bisa mencapai Rp 10 juta. "Ini baru namanya beternak dengan cerdas," ujar Amran yang pada acara tersebut sempat membeli sapi jenis Simental usia tiga bulan dengan harga Rp 15 juta.

Melihat hasil panen pedet ini, Amran berharap Sulawesi Selatan khususnya Kabupaten Bulukumba mampu menjadi salah satu sentra sapi untuk menyuplai kebutuhan nasional. Lima provinsi yang difokuskan sebagai daerah penghasil sapi yakni Lampung, NTB, NTT, dan Jawa Timur. Tahun 2017, kelahiran sapi di Sulawesi Selatan mencapai 21 ribu, 3.850 ekor di antaranya dari Kabupaten Bulukumba.

"Karena kita harus mengembangkan sapi berdasarkan keunggulan komparatif suatu daerah, agroklimatnya cocok serta, kultur beternak penduduknya. Satu provinsi Jawa Timur saja mampu menghasilkan kelahiran 1,4 juta ekor sapi. Sulawesi Selatan juga pasti bisa," ujar Amran.

Amran menegaskan, program inseminasi buatan akan terus dilanjutkan. Namun, dia mengatakan, target swasembada protein sebenarnya sudah tercapai lantaran sudah mengekspor hasil peternakan. Indonesia sudah mampu mengekspor sejumlah produk peternakan bernilai strategis ke beberapa negara. Seperti olahan daging ayam, pakan ternak, telur tetas ayam ras, kambing/domba, vaksin dan obat hewan, serta produk pangan hewani lainnya.

"Minggu lalu, kita mencetak sejarah. Indonesia sudah ekspor perdana daging ayam olahan ke Jepang sebesar enam ton, dan Timor Leste 6,6 ton. Ke Papua Nugini bahkan sudah yang keempat kalinya," katanya.

Saat ini, Kementan juga membuat program pengentasan kemiskinan di desa yakni program 'Bekerja' atau Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera. Untuk sub sektor peternakan, akan difasilitasi melalui kegiatan bantuan pemerintah berupa ayam sebanyak 10 juta ekor, serta hewan ternak lainnya. Setiap keluarga akan mendapat 50 ekor ayam, berikutnya kandang, dan pakan untuk beberapa bulan hingga bertelur.

"Untuk mencegah stunting, kita membagi ayam 10 juta ekor untuk seluruh Indonesia. Kita sudah launching di Cianjur. Jika dipelihara dan bertelur setiap hari, akan menghasilkan Rp 2 juta perbulan selama dua tahun. Artinya dapat mengentaskan kemiskinan secara permanen," ujar Amran.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement