REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Korea Utara (Korut) menjadi lebih bersahabat dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyambut baik pertemuan bersejarah antar-Korea, Jumat (27/4). Cina dan Jepang mendesak keduanya mempertahankan momentum yang telah menunjukkan pelonggaran ketegangan yang dramatis di semenanjung Korea.
Pada pertemuan puncak pertama antara kedua negara Korea selama lebih dari satu dekade, Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Pemimpin Korsel Moon Jae-in berjanji berupaya melakukan denuklirisasi menyeluruh pada semenanjung Korea.
Kedua belah pihak mengatakan mereka akan berupaya dengan AS dan Cina untuk menyatakan secara resmi berakhirnya Perang Korea 1950-1953, dan menginginkan kesepakatan untuk membangun perdamaian permanen dan solid sebagai pengganti gencatan senjata.
Dalam cicitan awal dari Washington, Trump memuji pertemuan itu bahkan ketika dia mengajukan pertanyaan tentang berapa lama diplomasi positif akan berlangsung. "Hal-hal baik sedang terjadi, tetapi hanya waktu yang akan menjawab!" cuitnya, menambahkan cicitan lain: "PERANG KOREA AKAN BERAKHIR! AS, dan semua orang BESAR-nya, harus sangat bangga dengan apa yang sekarang terjadi di Korea!"
Cina, sekutu utama Korut dan waspada karena dikesampingkan di tengah pencairan antara kedua negara Korea dan pertemuan puncak mendatang antara Trump dan Kim, mengatakan pihaknya bersedia untuk terus berperan dalam menyelesaikan kebuntuan selama beberapa dasawarsa antar-Korea atas nuklir dan program misil Korut.
Kim membuat kunjungan kejutan yang dramatis bulan lalu ke Beijing, di mana dia bertemu dengan pemimpin Cina, Xi Jinping. Cina berharap semua pihak yang terkait dapat mempertahankan momentum untuk pembicaraan dan bekerja sama demi mendukung denuklirisasi semenanjung serta proses untuk penyelesaian politik masalah semenanjung," demikian Kementerian Luar Negeri Cina dalam sebuah pernyataan.
"Cina ingin terus berperan proaktif dalam hal ini," tambahnya.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan, dia sangat berharap Pyongyang akan mengambil langkah konkrit untuk melaksanakan janji-janjinya untuk menuju denuklirisasi. "Saya akan terus mencermati tindak-tanduk Korut mendatang," kata Abe kepada wartawan.
Ditanya apakah ia khawatir Jepang mungkin akan ditinggalkan dari proses denuklirisasi, Abe berkata, "Tentu saja tidak. Saya berbicara dengan Presiden Trump selama lebih dari 11 jam beberapa waktu yang lalu dan mencapai kesepakatan lengkap pada tindakan, upaya, dan kebijakan dasar kami," jelasnya.
Di Moskow, Kremlin memuji pertemuan puncak itu sebagai berita yang sangat positif dan mengatakan Presiden Vladimir Putin telah lama menganjurkan pembicaraan langsung antara kedua negara.
Ditanya tentang prospek Trump juga bertemu dengan pemimpin Korut, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan kepada wartawan pada panggilan konferensi bahwa Moskow menyambut langkah apapun yang akan meredakan ketegangan di semenanjung Korea.
Cina, Rusia, Jepang dan AS, bersama dengan kedua negara Korea, mengambil bagian dalam pembicaraan enam pihak tentang program nuklir Korut. Pembicaraan sempat terhenti pada 2008.