REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Khusus Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Dr KH Abdul Wahid Maktub menyampaikan orasi ilmiah dalam seminar kebangsaan yang dilaksanakan oleh Ikatan Alumni BSI yang didukung oleh Bidang Kemahasiswaan BSI, Sabtu (12/5).
Seminar yang dilaksanakan di aula AKOM BSI Jakarta, kampus Kalimalang, dihadiri oleh 195 orang. Mereka terdiri dari anggota organisasi mahasiswa, dosen maupun alumni BSI.
Dalam materinya, Maktub menyampaikan mengenai kesiapan mahasiswa dalam menghadapi era disruptif dan revolusi industri 4.0.
Maktub bercerita mengenai perkembangan era yang lajunya tidak dapat diprediksi, sehingga tatanan sebelumnya di-disruptif yang ditandai oleh ketidakkepastian, kompleksitas, dan ambigu.
Ia mengatakan ada tiga poin utama untuk dapat menghadapi perubahan serta mampu bertahan di era disruptif.
“Seseorang yang mampu bertahan, bukan yang terkuat atau terpintar, tetapi yang lebih merespons untuk berubah. Perubahan ini dapat dilakukan oleh tiga faktor, yakni iteration, innovation, dan disruption,” kata Maktub dalam rilis BSI yang diterima Republika.co.id, Ahad (13/5).
Maktub menambahkan, iteration dimaksudkan melakukan hal yang sama tetapi dilakukan dengan maksimal sehingga menghasilkan hasil yang baik. Selanjutnya, innovation adalah dengan melakukan perubahan serta menemukan hal yang baru.
Selanjutnya, mahasiswa harus men-disruptif diri sendiri dengan perkembangan era saat ini, sehingga mampu melakukan perubahan.
“Jika mahasiswa tidak men-disruptif dirinya sendiri dengan perubahan era saat ini, dengan mengubah diri menjadi lebih baik dan berinovasi – maka, kesempatan ini dapat menjadi hadiah bagi orang lain,” papar Maktub.
Ketiga kunci ini, lanjut Maktub, harus berimbang dengan sikap responsif dan adaptif dalam menghadapi perubahan. Selain itu juga harus memiliki kesiapan yang matang.
“Kesiapan yang paling utama adalah dengan memiliki pengetahuan. Pengetahuan yang mampu menuntun kita untuk melakukan perubahan dan berinovasi. Diimbangi dengan kejelasan tujuan, tangkas dan cepat. Selain itu, juga harus memiliki self control seperti tidak malas, dispilin, berprestasi, saling menghormati serta mampu memimpin diri sendiri apabila ingin bertahan di era disruptif,” tandas Maktub.