REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lembaga Khusus Dakwah (LDK) PP Muhammadiyah, Muhammad Ziyad, menilai langkah Kementerian Agama (Kemenag) merilis 200 nama mubaligh atau pendakwah yang direkomendasikan, itu kurang tepat. Menurutnya ini justru akan membuat umat Muslim terbelah.
"Merilis 200 nama tersebut merupakan langkah yang kurang (tepat). Dampak yang ditimbulkan jelas akan menimbulkan pembelahan di tengah umat dan sekaligus melahirkan persepsi yang kurang kondusif bagi bangunan soliditas nasional," kata dia kepada Republika.co.id, Ahad (20/5).
Sebab, Ziyad melanjutkan, ada kesan bahwa 200 orang yang direkomendasikan Kemenag itu pembela NKRI dan bervisi kebangsaan. Sedangkan yang lainnya, yang tidak termasuk dalam daftar tersebut, seakan-akan sebaliknya. Padahal, ribuan mubaligh di luar daftar tersebut tergolong hebat dan memenuhi ketentuan Kemenag.
"Tapi mengapa tidak terdata. Sebaiknya data itu dimatangkan dulu sebelum dirilis. Bahkan di antara nama 200 orang itu saja ada yang kurang valid. Misal ada tokoh hebat dengan kemampuan lima bahasa tapi di daftar itu hanya ditulis satu bahasa saja," ucap dia.
Sebaliknya, ada pendakwah yang ahli hanya pada bahasa Inggris tapi di dalam daftar tertulis mampu berbahasa Arab. Karena itu, menurut Ziyad, wajar saja bila daftar 200 mubaligh itu menuai kontroversi. Sebaiknya, lanjutnya, daftar tersebut segera diperbaiki lalu berkomunikasi dengan tokoh-tokoh dan ormas Islam.
"Bisa dibayangkan sosok Ustaz Abdul Somad, Ustaz Adi Hidayat, Ustaz Bachtiar Natsir, banyak profesor ahli bidang agama dan kiai-kiai hebat tidak termasuk dalam daftar," papar dia.