REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) mempertimbangkan untuk mengintensifkan patroli angkatan lautnya di Laut Cina Selatan. Ini sebagai upaya AS untuk menentang militerisasi Cina yang semakin meningkat di wilayah tersebut.
Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis, memperingatkan di Singapura pada Sabtu (2/6) bahwa militerisasi Cina di Laut Cina Selatan telah terjadi. Beijing akan menghadapi konsekuensi atas hal itu.
"Akhirnya (tindakan) ini tidak terbayar," ujar Mattis saat dimintai komentar soal penghentian tindakan Cina di Laut Cina Selatan.
Dua pejabat AS dan diplomat Barat dan Asia yang menjadi narasumber, mengatakan Pentagon sedang menimbang program yang lebih tegas dari operasi navigasi-kebebasan yang dekat dengan instalasi Cina di wilayah yang disengketakan. Para pejabat menolak untuk mengatakan seberapa jauh program ini sedang dibahas.
Langkah-langkah tersebut dapat melibatkan patroli yang lebih panjang. Patroli dilakukan dengan jumlah kapal yang lebih besar atau operasi yang melibatkan pengawasan lebih dekat dengan fasilitas Cina di daerah tersebut.
Para pejabat AS juga mendorong sekutu dan mitra internasional untuk meningkatkan penempatan angkatan laut mereka di Laut Cina Selatan. Ini karena Cina memperkuat kemampuan militernya di kepulauan Paracel dan Spratly.
"Apa yang telah kita lihat dalam beberapa pekan terakhir ini hanyalah permulaan, secara signifikan lebih banyak sedang direncanakan," kata seorang diplomat Barat.
Pernyataanya mengacu pada kebebasan navigasi patroli akhir bulan lalu yang menggunakan dua kapal AS untuk pertama kalinya. "Sebenarnya ada banyak hal yang perlu dilakukan," tambahnya.