Sabtu 30 Jun 2018 21:03 WIB

Pengamat: Partai Islam Mulai Percaya Diri

Partai Islam dinilai bisa membuat poros baru dalam pilpres 2019.

Rep: Ali Mansur/ Red: Teguh Firmansyah
Anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) melakukan rekapitulasi perolehan suara Pilgub Jatim dan Pilkada Malang di Malang, Jawa Timur, Jumat (29/6).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) melakukan rekapitulasi perolehan suara Pilgub Jatim dan Pilkada Malang di Malang, Jawa Timur, Jumat (29/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil hitung cepat atau quick count pada pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 2018 partai-partai berbasis Islam mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal itu dinilai dapat meningkatkan kepercayaan diri parpol-parpol berbasis massa Islam menjelang Pemilihan Legislatif dan pemilihan presiden (Pilpres) 2019.

"Partai menengah termasuk partai Islam, sebutkan saja dalam kasus Jawa Barat misalkan, itu memberi efek psikologis, partai Islam mulai percaya diri seperti dimiliki oleh PAN, PKS dan lain-lain," ujar Direktur Pusat Studi Sosial Politik Indonesia Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun, dalam diskusi bertajuk ‘Membaca Hasil Pilkada’ di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (30/6).

Dengan kemenangan di pilkada serentak menjelang Pilpres, selain dapat meningkatkan kepercayaan diri, juga menambah daya jual. Dengan fakta ini memungkin bagi partai Islam untuk memunculkan poros baru dalam persaingan Pilpres 2019 mendatang. Karena, kata Ubedilah, ketika mereka memenangkan sejumlah kepala daerah mereka mulai yakin mesin politik mereka bekerja.

"Kalau mesin politik partai Islam atau partai menengah ini muncul di antaranya ada PAN, PPP dan PKS. Mereka percaya diri bisa melakukan konsolidasi baru untuk masuk dalam poros baru pilpres itu, memunculkan calon-calon antenatif dan itu lebih kompetitif. Tapi kita masih menunggu hasil keputusan MK nanti," ungkapnya.

Namun, lanjut Ubedilah, tidak cukup dengan kepercayaan diri saja untuk memenangi pertarungan 2019, tapi juga memerlukan kerja-kerja sistemik untuk memunculkan kemenangan di 2019. Begitu juga mengukur kemenangan kontestasi untuk 2019 itu tidak hanya dari mesin politik tapi juga dari tokoh. "Artinya figur dari aktor juga perlu diperhatikan," kata Ubedilah.

Ubedilah menilai setidaknya ada empat faktor kemenangan dalam kontestasi politik. Pertama financial capital yang dimiliki oleh kandidat dan kekuatan politikknya. Seberapa besar mereka mempunyai biaya untuk seluruh proses politik itu. Kedua adalah mesin politik, seberapa kuat mesin politik mereka bekerja.

Baca juga,  Pilkada Cermin Kebangkitan Politik Islam?

Kemudian yang ketiga adalah sosial capital mereka, seberapa kuat modal sosial mereka dioptimalkan. Keempat marketing politik mereka, seberapa cerdas marketing politik mereka untuk mempengaruhi publik. "Jadi siapapun tokohnya kalau empatnya tidak terpenuhi dia tidak akan memenangkan pertarungan, sepopuler apapun," tutup Ubedilah.

Adapun partai-partai Islam yang bertarung di 17 pemilihan gubernur adalah PAN dengan memenangkan 10 pasangan calon, PKB berhasil menang di enam daerah, sedangkan PAN memenangkan paslon yang mereka dukung di 10 wilayah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement