REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sebuah rekaman video yang menunjukkan pengawal utama Presiden Prancis Emmanuel Macron memukuli seorang demonstran mahasiswa menimbulkan gelombang kecaman. Alexandre Benalla, yang mengenakan helm polisi antihuru-hara menarik pendemo perempuan tersebut dalam demonstrasi Hari Buruh 1 Mei di Paris.
Dia kemudian berulang kali memukuli seorang mahasiswa lainnya. Dalam rekaman itu, terdengar mahasiswa tersebut meminta pemukulan dihentikan.
Polisi yang menarik pria tersebut dari kerumunan demonstran sebelum Benalla melakukan pemukulan, tidak berusaha melerai. Keputusan Kantor Kepresidenan Emmanuel Macron menjatuhkan hukuman dua minggu terhadap Benalla dan tidak segera melaporkan insiden tersebut kepada peradilan menimbulkan keributan besar di parlemen Prancis.
Macron menolak menjawab ketika ditanya soal ini oleh wartawan. Benalla, yang juga belum memberikan komentar, menangani masalah keamanan Macron dalam kampanye pemilihan presiden tahun lalu.
Mengecam tindakan Benalla sebagai 'perilaku yang tidak bisa diterima', juru bicara Macron Bruno Roger-Petit mengatakan Benalla sudah tidak dilibatkan lagi dalam mengatur keamanan bagi perjalanan presiden. Namun, Benalla masih terlihat dengan polisi dalam beberapa peristiwa selama sebulan terakhir, termasuk ketika kembalinya tim Piala Dunia Prancis ke Paris setelah menjadi juara.
Alexandre Benalla (kiri) mengawal President Emmanuel Macron dalam kampanye pemilu 2017. (AP/Christophe Ena)
"Anggota staf Alexandre Benalla sudah mendapat izin menyaksikan demonstrasi sebagai pengamat. Jelas sekali dia sudah melampaui hal tersebut. Dia segera dipanggil kepala staf kepresidenan dan mendapat hukuman 15 hari tidak boleh bertugas. Ini sebagai hukuman bagi perilaku yang tidak bisa diterima," kata Roger-Petit.
Partai-partai oposisi mengecam cara Presiden Macron menangani insiden dan mengatakan hukuman tersebut terlalu ringan, dan insiden tersebut seharusnya dilaporkan ke otoritas peradilan. Benalla masih memiliki kantor di istana kepresidenan dua setengah bulan setelah insiden tersebut.
"Saya terkejut dia belum mengundurkan diri," kata politikus konservatif Jean-Christophe Lagarde.
Alexandre Benalla (kedua dari kanan) ketika mengawal Emmanuel Macron. (AP/Eric Feferberg)
Dia menambahkan bila Benalla tidak mengundurkan diri, maka Presiden Macron harus memecatnya, untuk tidak membuat hal ini menjadi masalah negara. Setelah rekaman pemukulan oleh Benalla diterbitkan minggu ini oleh harian Prancis Le Monde, penuntut di Paris memulai penyelidikan terhadap Benalla dengan kemungkinan melakukan tindak kekerasan, mengambil alih tugas petugas polisi dan menggunakan perangkat milik petugas berwenang.
Penyelidikan parlemen mengenai kasus ini juga sudah mulai dilakukan. Perdana Menteri Edouard Philippe, yang mengecam rekaman yang mengejutkan dalam video tersebut, mengatakan terserah kepada pengadilan untuk memutuskan. Unjuk rasa buruh dilakukan setiap tahun pada 1 Mei di Prancis dan bentrokan dengan polisi sering terjadi.
ABC/wires
Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini